BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang Masalah
Konsep fungsi merupakan salah satu
konsep yang penting dalam matematika. Banyak permasalahan sehari-hari yang
tanpa disadari menggunakan konsep ini.
Misalnya, dalam suatu kegiatan donor
darah, setiap orang yang akan jadi pendonor diminta untuk menyebutkan jenis
golongan darahnya. Dari data diketahui Andi bergolongan darah A. Budi golongan
darahnya B, Ahmad golongan darahnya A, Anton golongan darahnya O, Abdul
golongan darahnya AB, dan Bagus golongan darahnya B. Jika suatu saat dibutuhkan
pendonor golongan darah A, siapakah yang dapat jadi pendonor?
Kasus tersebut merupakan contoh
permasalahan yang menerapkan konsep fungsi. Jika diamati, setiap orang yang
telah disebutkan mempunyai satu jenis golongan darah saja. Jadi, kita harus
mengetahui tentang konsep fungsi maupun relasi.
B.
Rumusan
Masalah
1. Apa
yang harus kita ketahui tentang korespondensi satu-satu
2. Apa
saja yang ada dalam relasi?
3. Apa
saja yang ada dalam fungsi/ pemetaan?
C.
Tujuan
1. Untuk
mengetahui tentang korespondensi satu-satu
2. Untuk
mengetahui apa saja yang ada pada relasi
3. Untuk
mengetahui tentang fungsi-fungsi/ pemetaan
BAB II
PEMBAHASAN
A.
KORESPONDENSI
SATU-SATU
Misal
himpunan anak-anak P = {Ari, Budi, Candra} dan himpunan garis di dalam kolam
renang S = {1,2,3}. Misal pula setiap anak di P berenang di atas sebuah garis
yang beri nomor 1,2, atau 3, sedemikian sehingga tidak ada dua anak berenang di
atas garis yang sama. Pasangan antara anak dan garis seperti ini adalah suatu
korespondensi satu-satu. Salah satu cara untuk menampilkan korespondensi
satu-satu ini adalah Ari ↔ 1, Budi ↔ 2, Candra ↔ 3.
P S

Ada
enam kemungkinan untuk menyatakan korespondensi satu-satu antara himpunan P dan
himpunan S adalah sebagai berikut:
(1)
Ari↔1, Budi↔2, Candra↔3
(2)
Ari↔1, Budi↔3, Candra↔2
(3)
Ari↔2, Budi↔1, Candra↔3
(4)
Ari↔2, Budi↔3, Candra↔1
(5)
Ari↔3, Budi↔1, Candra↔2
(6)
Ari↔3, Budi↔2, Candra↔1
1. Korespondensi
Satu-satu
Jika
anggota-anggota dari himpunan P dan himpunan S dapat dipasangkan sedemikian
sehingga setiap anggota dari himpunan P ada tepat satu anggota dari himpunan S
dan setiap anggota dari himpunan S ada tepat satu anggota dari himpunan P, maka
kedua himpunan P dan S dikatakan berkorespondensi satu-satu.
Cara lain untuk menampilkan
korespondensi satu-satu adalah menggunakan tabel, seperti tampak pada tabel
berikut, dimana garis lintasan ditulis di paling atas tabel dan kemungkinan
pasangan-pasangan antara garis lintasan renang dan perenangnya ditulis
dibawahnya.
1
|
2
|
3
|
Ari
|
Budi
|
Candra
|
Ari
|
Candra
|
Budi
|
Budi
|
Ari
|
Candra
|
Budi
|
Candra
|
Ari
|
Candra
|
Ari
|
Budi
|
Candra
|
Budi
|
Ari
|
Berikutnya, akan ditampilkan penggunaan
diagram pohon untuk masalah di atas, yaitu sebagai berikut:

Dari diagram pohon diatas tampak bahwa
ada 3 . 2 . 1 = 6 kemungkinan korespondensi satu-satu antara lintasan dan
perenang.
2. Produk
Kartesius
Salah satu cara untuk memperoleh sebuah
himpunan dari dua himpunan yang diketahui adalah dengan membentuk produk
kartesius. Formasi ini memasangkan unsur-unsur pada satu himpunan dengan
unsur-unsur yang ada pada himpunan lain secara spesifik. Misalkan seseorang
mempunyai tiga buah celana, P={biru, putih, hijau} dan dua baju, S={biru,
merah}. Dari kondisi ini, ada 3 . 2 atau 6 kemungkinan pasangan berbeda pasang
celana-baju. Unsur pertama dari setiap pasangan adalah unsur dari himpunan P
dan unsur kedua dari setiap pasang adalah unsur dari himpunan S. Dengan
demikian (biru, merah) menunjukkan celana biru dan baju merah. Karena faktor
urutan pada pasangan ini sangat penting, pasangan ini disebut pasangan terurut.
Suatu himpunan yang memuat pasangan-pasangan terurut seperti pasangan
celana-baju diatas adalah produk kartesius dari himpunan celana dan himpunan
baju.
Definisi:
Misalkan A dan B dua buah himpunan
sebarang. Produk kartesius A dan B, ditulis A
B, adalah himpunan
semua pasangan terurut sedemikian sehingga unsur pertama dari setiap pasang
adalah unsur dari A dan unsur kedua dari setiap pasang adalah unsur dari B.

Catatan:
A
B sering kali dibaca “A
kros B”.

B.
RELASI
1. Pengertian
Relasi
Secara umum, relasi berarti hubungan.
Relasi dari himpunan A ke B adalah pemasangan anggota himpunan A dengan anggota
B.
Contoh:

Definisi:
Misalkan A dan B dua buah himpunan.
Suatu relasi dari A ke B adalah himpunan bagian dari A
B. Hal ini berarti jika
R adalah suatu relasi maka R
A
B. Jika A = B maka
dikatakan bahwa relasi ini adalah pada A.



2. Sifat-sifat
Relasi
a.
Sifat Refleksif
Suatu relasi R
pada himpunan A bersifat refleksif jika dan hanya jika (a,a)
R untuk setiap a
A. Dengan kata lain, relasi ini berelasi
terhadap dirinya sendiri. Sebagai contoh, relasi “ berjenis kelamin sama
dengan” pada himpunan manusia merupakan relasi refleksif karena setiap orang
berjenis kelamin sama dengan dirinya sendiri. Relasi “sama dengan” pada
himpunan bilangan real juga merupakan relasi refleksif karena setiap bilangan
real sama dengan bilangan itu sendiri.


Relasi “orang tua dari” himpunan manusia
bukan merupakan relasi refleksif karena seseorang bukan orang tua dari dirinya
sendiri.
b.
Sifat
Simetris
Suatu relasi R
pada himpunan A adalah simetris jika dan hanya jika dan hanya jika (a,b)
R, berlaku (b,a)
R untuk setiap a, b
A.



Sebagai contoh, relasi “bersaudara
dengan” merupakan relasi simetris pada himpunan manusia karena bila Ahmad
bersaudara dengan Siti maka Siti juga bersaudara dengan Ahmad. Untuk relasi
“orang tua dari” bukan relasi simetris karena bila Umar orang tua dari Fatima,
tentu Fatima bukan orang tua dari Umar.
c.
Sifat Transitif
Suatu relasi R
pada himpunan A adalah transitif jika dan hanya jika (a,b)
R, (b,c)
R berlaku (a,c)
R untuk setiap a, b, c
A.




Perhatikan contoh, relasi “bersaudara
dengan” merupakan relasi transitif pada himpunan manusia karena bila Ahmad
bersaudara dengan Siti dan Siti bersaudara dengan Umi, maka Ahmad juga
bersaudara dengan Umi. Untuk relasi “orang tua dari” bukan relasi transitif
karena bila Umar orang tua dari Fatimah, dan Fatimah orang tua dari Qodir maka
akan salah bila disimpulkan bahwa Umar orang tua dari Qodir.
d.
Sifat Ekivalen
Suatu relasi R
pada himpunan A dikatakan bersifat ekivalen jika dan hanya jika relasi itu
bersifat refleksif, simetris dan transitif.
Contoh:
Selidiki apakah relasi R=
{(1,1),(1,2),(1,3),(2,1),(2,2),(2,3),(3,1),(3,2),(3,3)} pada himpunan A= {1,2,3} bersifat refleksif, simetris,
transitif dan ekivalen?
Jawab:
- Karena
ada (1,1), (2,2), (3,3) merupakan anggota dari relasi R, maka relasi R bersifat
refleksif.
- Ada
(1,2), (2,1), (1,3), (3,1), (2,3), (3,2) di R, berarti untuk setiap (a,b)
R berlaku (b,a)
R. Dengan demikian, relasi R bersifat
simetris.


- Relasi
R juga bersifat transitif karena ada (1,2) dan (2,3) menghasilkan (1,3) ; (1,3)
dan (3,1) menghasilkan (1,1) ; (2,3) dan (3,1) menghasilkan (2,1) ; serta (1,3)
dan (3,2) menghasilkan (1,2). Dengan demikian pada R, berlaku untuk setiap
(a,b)
R dan (b,c)
R sedemikian hingga (a,c)
R.



- Karena
relasi R bersifat refleksifbsimetris dan transitif maka R bersifat ekivalen.
3. Menyatakan
Relasi
Ada
3 cara untuk menyatakan relasi yaitu:
a.
Diagram Panah
Diagram
panah yaitu, hubungan antara anggota-anggota dari dua himpunan di gambar dengan
anak panah-anak panah.
Contoh:
Relasi
“faktor dari” dari himpunan A={1,2,3} ke himpunan B={2,3,4,5,}

Contoh Soal:
Diketahui himpunan-himpunan
bilangan A ={3,4,5,6,7} dan B={4,5,6}
Buatlah
diagram panah dari himpunan A ke himpunan B yang menunjukkan relasi:
(1) Satu kurangnya dari
(2) Faktor dari
Jawab:
(1) -
3
A dipasangkan dengan 4
karena 4=3+1


-
4
A dipasangkan dengan 5
B karena 5=4+1


-5
A dipasangkan dengan 6
B karena 6=5+1


Jadi, diagram panah dari himpunan A ke
himpunan B yang menunjukkan relasi “satu kurangnya dari” adalah sebagai
berikut:

(2) - 3
A dipasangkan dengan 6
karena 3 merupakan faktor dari 6


-
4
A dipasangkan dengan 4
B karena 4 merupakan faktor dari 4


-5
A dipasangkan dengan 5
B karena 5 merupakan faktor dari 5


-
6
A dipasangkan dengan 6
B karena 6 merupakan faktor dari 6


Jadi, diagram panah himpunan A ke
himpunan B yang menunjukkan relasi faktor dari adlah sebagai berikut:

b.
Himpunan Pasangan Berurutan
Relasi, antara dua himpunan, misalnya
himpunan A dan himpunan B dapat dinyatakan sebagai pasangan berurutan (x, y)
dengan x
A dan y
B.


Contoh
Soal:
Diketahui dua himpunan
bilangan P = {0, 2, 4, 6, 8} dan Q = {0, 1, 2, 3, 4, 5} jika relasi himpunan P
ke himpunan Q adalah “dua kali dari”, tentukan himpunan pasangan berurutan
untuk relasi tersebut.
Jawab:
0
A dipasangkan dengan 0
B karena 0 = 0
2, ditulis (0,0)



2
A dipasangkan dengan 1
B karena 2 = 1
2, ditulis (2,1)



4
A dipasangkan dengan 2
B karena 4 = 2
2, ditulis (4,2)



6
A dipasangkan dengan 3
B karena 6 = 3
2, ditulis (6,3)



8
A dipasangkan dengan 4
B karena 8 = 4
2, ditulis (8,4)



Jadi, himpunan pasangan berurutan untuk
relasi “dua kali dari” adalah {(0,0), (2,1), (4,2), (6,3), (8,4)}
c.
Diagram Cartesius
Pada diagram cartesius, anggota-anggota
himpunan A sebagai himpunan pertama ditempatkan pada sumbu mendatar dan anggota-anggota
himpunan B pada sumbu tegak. Setiap anggota himpunan A yang berpasangan dengan
anggota himpunan B, diberi tanda noktah (•). Untuk lebih jelasnya perhatikan
diagram Cartesius yang menunjukkan relasi ” menyukai warna ” :

C.
FUNGSI/
PEMETAAN
1. Pengertian
Fungsi atau Pemetaan
Fungsi atau pemetaan adalah relasi
khusus yang memasangkan setiap anggota satu himpunan dengan tepat satu anggota
satu himpunan yang lain.
2. Sifat-sifat
Fungsi
Perhatikan fungsi f : x
y dan g : x
y dengan f :
x
dimana x
0, dan g (x) =
, x
0







Grafik fungsi f dan g, suatu garis mendatar y = b yang di gambar pada bidang cartesius
memotong grafik paling banyak di satu titik/ tidak memoton, seperti yang
ditunjukkan pada gambar berikut:


Jika kita memilih suatu garis horizontal y = b dengan b anggota range, garis
tersebut memotong setiap fungsi tepat satu titik. Fungsi f dan g merupakan contoh fungsi satu-satu/ injektif.
Suatu fungsi f : x
y dikatakan fungsi satu-satu/ injektif jika
tidak ada dua anggota x yang
mempunyai bayangan sama dibawah fungsi f .
Atau dapat ditulis sebagai berikut:

Suatu fungsi f : x
y
merupakan fungsi satu-satu bila memenuhi:

Misalkan X1 dan X2
anggota X1 maka X1 = X2
f (X1)
= f (X2)

Suatu fungsi f : x
y
kadang-kadang dikatakan ‘Xinto (ke) Y’ Seperti kita ketahui, range
dari suatu fungsi merupakan himpunan bagian dari kodomain fungsi tersebut. Pada
kejadian khusus, yang di dalamnya range fungsi sama dengan kodomain, fungsi
tersebut dikatakan fungsi onto atau fungsi pada. Suatu fungsi f : x
y dikatakan
‘onto’ atau ‘onto Y‘ jika setiap elemen pada kodomain juga merupakan elemen
pada range f. Dengan kata lain, untuk
setiap y
Y paling sedikit merupakan pasangan dari satu
anggota x sedemikian sehingga f (x)
= y. Suatu fungsi onto juga dikatakan
fungsi surjektif. Suatu fungsi juga dapat dikatakan sebagai fungsi satu-satu
onto atau fungsi satu-satu pada atau lebih dikenal dengan istilah fungsi
bijektif.



3. Domain,
Kodomain, dan Range Fungsi

Perhatikan fungsi yang dinyatakan
sebagai diagram panah pada gambar diatas. Pada fungsi tersebut, himpunan A
disebut domain (daerah asal) dan
himpunan B disebut kodomain (daerah kawan). Dari gambar
tersebut, dapat diperoleh
· 2
B merupakan peta dari 1
A


· 3
B merupakan peta dari 2
A


· 4
B merupakan peta dari 3
A


Himpunan peta tersebut dinamakan range
(daerah hasil). Jadi, dari diagram panah pada gambar tersebut diperoleh:
· Domainnya
(Df) adalah A = {1,2,3}
· Kodomainnya
adalah B = {1,2,3,4}
· Rangenya
(Rf) adalah {2,3,4}
Contoh
Soal:

Diagram panah tersebut menunjukkan fungsi
himpunan P ke himpunan Q dengan relasi “dua kali dari”. Tentukkanlah domain,
kodomain dan range fungsinya.
Jawab:
·
Domainnya (Df) adalah P =
{4,6,8,10}
·
Kodomainnya adalah Q = {1,2,3,4,5}
·
Rangenya (Rf) adalah {2,3,4,5}
4. Grafik
Fungsi

Perhatikan gambar di atas. Aturan yang
memetakan himpunan A ke himpunan B pada gambar tersebut adalah untuk setiap x anggota A dipetakan ke (x + 1) anggota B. Suatu fungsi
dinotasikan dengan huruf kecil, seperti f
, g atau h. Jika fungsi pada gambar diatas dinamakan f maka fungsi tersebut
dinotasikan dengan f : x
x +
1 (dibaca : fungsi f memetakan x
ke x + 1).

Dengan demikian, pada pemetaan f : x
x +
1 dari himpunan A ke himpunan B diperoleh:

Untuk
x = 1, f :
1
1 + 1 atau f
: 1
2 sehingga (1,2)
f



Untuk
x
=
2, f
: 2
2 + 1 atau f
: 2
3 sehingga (2,3)
f



Untuk x = 3, f : 3
3 + 1 atau f : 3
4 sehingga (3,4)
f



Untuk memudahkan cara menulis atau
membaca, suatu pemetaan dapat dituliskan dalam bentuk tabel atau daftar. Untuk
fungsi f : x
x +
1, tabelnya adalah sebagai berikut:

Tabel
fungsi f : x → x + 1
|
|||
x
|
1
|
2
|
3
|
x + 1
|
2
|
3
|
4
|
Pasangan Berurutan
|
(1, 2)
|
(2, 3)
|
(3, 4)
|

Dengan menggunakan pasangan-pasangan
berurutan yang diperoleh pada tabel fungsi diatas dapat digambar grafik
Cartesius untuk fungsi f : x
x +
1 seperti tampak pada gambar diatas.

Gambar diatas merupakan grafik Cartesius
fungsi f : x
x +
1 dengan domain Df = A = {1,2,3},
kodomain B = {1,2,3,4} dan Range Rf = {2,3,4} yang digambarkan
dengan noktah-noktah. Jika domain dan kodomainnya diperluas pada himpunan
bilangan riil, rangenya ditunjukkan dengan garis yang melalui noktah-noktah
seperti pada gambar diatas.

Contoh
Soal:
Gambarlah grafik fungsi f : x
2 x pada bidang Cartesius dengan domain dan
kodomainnya himpunan bilangan riil.

Jawab:
Terdapat
beberapa langkah untuk menggambarkan suatu grafik fungsi, sebagai berikut
(1) Tentukan
domainnya. Untuk memudahkan, ambil beberapa bilangan bulat di sekitar nol.
(2) Buat
tabel pasangan berurutan fungsi tersebut.
x
|
-2
|
-1
|
0
|
1
|
2
|
2x
|
-4
|
-2
|
0
|
2
|
-4
|
Pasangan Berurutan
|
(-2, -4)
|
(-1, -2)
|
(0, 0)
|
(1, 2)
|
(2, 4)
|
(3) Gambarkan
noktah-noktah pasangan berurutan tersebut pada bidang Cartesius. Kemudian
hubungkan noktah-noktah itu dengan garis lurus sehingga diperoleh grafik
seperti pada gambar berikut:

5. Banyak
Fungsi (Pemetaan)
Jika banyak anggota himpunan A adalah n
(A) = a, banyak anggota himpunan B adalah n (B) = b, maka:
a. Banyak
fungsi yang mungkin dari A ke B = ba
Contoh:
Banyak fungsi dari
himpunan A = {p, q, r} ke B = {x, y} adalah 23 = 8
b. Banyak
fungsi yang mungkin dari B ke A = ab
Contoh:
Banyak fungsi dari himpunan B = {x,
y} ke A = {p, q, r} adalah 32 = 9
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Jika
anggota-anggota dari himpunan P dan himpunan S dapat dipasangkan sedemikian
sehingga setiap anggota dari himpunan P ada tepat satu anggota dari himpunan S
dan setiap anggota dari himpunan S ada tepat satu anggota dari himpunan P, maka
kedua himpunan P dan S dikatakan berkorespondensi satu-satu.
Secara umum, relasi berarti hubungan.
Relasi dari himpunan A ke B adalah pemasangan anggota himpunan A dengan anggota
B.
Ada
3 cara untuk menyatakan relasi yaitu:
1. Diagram
Panah
2. Himpunan
Pasangan Berurutan
3. Diagram
Cartesius
Fungsi atau pemetaan adalah relasi
khusus yang memasangkan setiap anggota satu himpunan dengan tepat satu anggota
satu himpunan yang lain.
DAFTAR PUSTAKA
Agus, Nuniek Avianti. 2008. Mudah
Belajar Matematika 2 untuk Kelas VIII SMP/ MTs. Jakarta: Pusat Perbukuan
Departemen Pendidikan Nasional
Banendro, S.Pd. 2006. Matematika untuk
SMP/ MTs. Solo: Putra Kertonatan

Saeful A, Kusaeri,
Irzani, dan Nu’man, Mulin. 2008. Matematika 1. Surabaya: LAPIS-PGMI
Hartana,
S. Pd. 2002. Matematika untuk SMP dan Sederajat. Klaten: Prospektif Plus
Terima Kasih;)
BalasHapus