PERBEDAAN MENDASAR
DARI KONSEP BIMBINGAN DAN KONSELING
DAHULU DAN SEKARANG
A.
Pengertian
1. Bimbingan dan Penyuluhan/Bimbingan
dan Konseling (Dahulu)
Bimbingan adalah proses
pemberian bantuan (arahan) yang diberikan oleh konselor kepada kliennya baik
secara individu maupun secara kelompok baik anak-anak, remaja, dan orang dewasa
dan dilakukan secara sadar, terencana dan sistematis sehingga mereka dapat
mengembangkan kemampuan dirinya dan mandiri, memperoleh pengetahuan dan
keterampilan dan bisa memilih keputusan dalam menentukan arah dan tujuan
hidupnya, memahami dan mengenal dirinya serta mampu beradaptasi dengan
lingkungan hidupnya secara baik berdasarkan norma-norma yang berlaku di
masyarakat.
Penyuluhan adalah suatu aktifitas wawancara
yang dilakukan oleh seorang ahli kepada individu yang sedang mengalami suatu
masalah dalam rangka untuk membicarakan dan memecahkan masalah yang sedang
dihadapi dan memberikan bantuan kepada mereka, sehingga pada akhirnya bermuara
pada teratasi masalah yang dihadapi oleh klien dan dapat beradaptasi dengan
baik dan efektif dengan lingkungan hidupnya.
Maka, Bimbingan dan Penyuluhan adalah proses
pemberian bantuan (arahan) yang diberikan oleh konselor kepada kliennya baik
secara individu yang sedang mengalami suatu masalah dalam rangka untuk
membicarakan dan memecahkan masalah yang sedang dihadapi dan memberikan bantuan
kepada mereka, sehingga pada akhirnya bermuara pada teratasi masalah yang
dihadapi oleh klien dan dapat beradaptasi dengan baik dan efektif dengan
lingkungan hidupnya.
2. Bimbingan dan Konseling (Sekarang)
Bimbingan adalah proses pemberian bantuan
yang dilakukan oleh orang yang ahli kepada seorang atau beberapa orang individu
dalam hal memahami diri sendiri, menghubungkan pemahaman tentang dirinya
sendiri dengan lingkungan, memilih, menentukan, dan menyusun rencana sesuai
dengan konsep dirinya dan tuntutan lingkungan berdasarkan norma-norma yang
berlaku.
Konseling adalah usaha membantu konseli/klien
secara tatap muka dengan tujuan agar klien dapat mengambil tanggung jawab
sendiri terhadap berbagai persoalan atau masalah khusus. Dengan kata lain,
teratasinya masalah yang dihadapi oleh konseli/klien.
Maka, Bimbingan dan Konseling adalah suatu
proses pemberian bantuan kepada individu secara berkelanjutan dan sistematis,
yang dilakukan oleh seorang ahli yang telah mendapat latihan khusus untuk itu,
dengan tujuan agar individu dapat memahami dirinya, lingkungannya, serta dapat
mengarahkan diri dan menyesuaikan diri dengan lingkungan untuk mengembangkan potensi
dirinya secara optimal untuk kesejahteraan dirinya dan kesejahteraan
masyarakat.
Berdasarkan pengertian di atas, maka Bimbingan Penyuluhan/
Bimbingan Konseling (dahulu), yaitu menitikberatkan pada siswa yang
beresiko/bermasalah. Sedangkan Bimbingan Konseling (sekarang), yaitu melayani
seluruh siswa (guidance for all).
B.
Sejarah
Perkembangan
Perkembangan Bimbingan dan Konseling di Indonesia Dahulu dan
Sekarang
Periodesasi
|
Peristiwa
|
Bimbingan dalam periode Benih
(1922-1960
|
Winkel (1997: 79) menunjukkan
gerakan dalam sejarah Diknas mengandung benih-benih bimbingan yaitu asas
Perguruan Nasional Taman Pesdik th 1922 yang melandaskan dasar kebebasan bagi
setiap orang untuk mengatur dirinya serta keharusan peserta didik berusaha
atas kekuatannya sendiri. Kemudian di ikuti dengan metode dan paktek- praktek
sekolah tahun 1926 M. Syafi’i mendirikan sekolah yang merupakan benih-benih
bimbingan karir/jabatan yang pertama kali. Kemudian menandasarkan perlunya
inisiatif dan rasa tanggung jawab serta memberikan kesempatan kepada pendidik
untuk mengembangkan suatu ketrampilan yang cocok baginya. Setelah Indonesia
merdeka tanggal 17 Agustus 1945, terbentuklah beberapa kementerian, seperti Kementerian
P dan K pada waktu itu mendirikan SGB yang dipimpinan oleh M. Syafi’i. Beliau
mendapat kepercayaan memberikan latihan kepada guru-guru SD dan mempraktekkan
mata pelajaran guna mempersiapkan diri utk memegang suatu pekerjaan
(jabatan). Dengan dua bidang tersebut di atas, menunjukkan adanya suatu usaha
sungguh-sungguh untuk mendapatkan orang-orang yang ingin bekerja, di samping
memberikan latihan dalam persiapan kerja yang sesuai dengan potensinya.
Setelah itu muncul beberapa bimbingan jabatan (Vocational Guidance)
dibeberapa daerah seperti “Balai Pembinaan Administrasi” (BPA) yang didirikan
di Yogyakarta, akhirnya sebagian tugasnya memberikan latihan kerja (job
training), kepada pegawai-pegawai dalam meningkatkan efisiensi kerja serta latihan
jabatan bagi kepala Kantor Pemerintahan Kodya Yogyakarta.
|
Bimbingan Pendidikan Formal dalam
Periode Pertumbuhan (1960-1971)
|
Pembahasan bimbingan dalam pendidikan
formal dimulai 1960, mengadakan konferensi FKIP (sekarang IKIP) seluruh
Indonesia. Walgito (1993:19) mengatakan adanya konferensi FKIP seluruh
Indonesia yang diselenggarakan di Malang dari tanggal 20-24 Agustus 1960, dan
memutuskan bahwa BP dimasukkan dalam kurikulum FKIP, dengan adanya langkah yang
lebih maju mengupas masalah BP sebagai suatu ilmu yang ilmiah. Instruksi dari
pihak Pemerintah BP semakin maju di lingkungan sekolah-sekolah. Kemudian
setelah adanya instruksi dari pemerintah 1962 melaksanakan BP di sekolah
menengah, saat terjadi perubahan sistem pendidikan dari SMA sistem lama tentang
jurusan A, B dan C diganti dengan SMA sistem baru yang menggunakan jurusan
seperti ilmu pasti, sosial budaya. Sejak 1962 BK telah dirasakan sebagai
kebutuhan. Kebutuhan tersebut sebagai upaya penyaluran peserta didik pada
jurusan yang sesuai dengan kemampuan individual. Setelah itu bimbingan
dilaksanakan di SD-PT, dalam keadaan sederhana karena kurangnya tenaga yang
profesional. Dua tahun kemudian Depdikud pada seksi pendidikan mulai
inspektorat SMA menerbitkan naskah “Pembimbing dan Konseling” (1964). Naskah
ini memuat suatu pedoman umum BP dilihat dari segi-segi pelajaran sosial dan
pribadi, penjurusan serta segi kesehatan di SMA. Pedoman ini kurang
mendapatkan operasional. Faktornya adalah kurangnya tenaga ahli dan sebagai
akibat dari banyak yang kurang memahami bimbingan serta adanya situasi sosial
politik sejak 1965 dengan sebutan sejarah G 30 S PKI. Kemudian 1967 perhatian
terhadap BK kembali stabil yang didukung oleh dosen-dosen muda IKIP yang
belajar di Amerika. Setelah pulang ke Indonesia mereka mengadakan seminar,
lokakarya, penataran, rapat kerja dan semacam untuk memahami BK serta
berusaha menemukan perumusan ke arah ke arah perkembangan yang lebih maju.
Pada 1968, perhatian terhadap BK dengan munculnya kurikulum 1968 hanya mengenal dua jurusan (Paspal dan SosBud), walaupun usaha-usaha kongkrit dalam pelaksanaan bimbingan di sekolah-sekolah belum memuaskan karena pelaksanaannya belum merata di sekolah-sekolah. |
Bimbingan Pendidikan Formal dalam
Periode Pembaruan Pendidikan (1971-1983)
|
Periode ini merupakan awal
perhatian terhadap pentingnya BK dalam pendidikan formal. Hal ini ditandai dengan
“Sekolah Konperhensif” yang dikenal dengan sekolah pembangunan (1970-1971).
Konsep Sekolah Pembangunan dicetuskan oleh Dep. P&K No. 172 th 1971
ditetapkan 8 PPSP (Proyek Perintis Sekolah Pembangunan) sebagai
pelaksanaannya yaitu: IKIP Jakarta, PPSP IKIP Bandung, PPSP IKIP Semarang,
PPSP IKIP Yogyakarta, PPSP IKIP Surabaya, PPSP IKIP Malang, PPSP IKIP Padang,
dan PPSP IKIP Ujung Pandang. Semuanya ini sekarang sudah diganti menjadi
Universitas Negeri. Pada tahun yang sama disusun dan dikembangkanlah
Kurikulum PPSP (Kurikulum 1975) yang dipergunakan untuk SMP dan SMA serta
kurikulum 1976 untuk SPG, di mana BK semakin nampak dan jelas. Pandangan
Winkel (1997: 80) bahwa dalam acuan kurikulum untuk sekolah pendidikan
menengah itu ditunjukkan dampak positif dari pelayanan bimbingan yang
bertujuan agar peserta didik dapat mengembangkan pemahaman diri,
mengembangkan pengetahuan tentang dunia kerja serta tanggung jawab dalam
memilih lapangan kerja tertentu serta mewujudkan penghargaan terhadap harga
diri orang lain. Perhatian terhadap BK semakin sadar dan meningkat dengan
perubahan pendidikan. Sementara itu ahli BK para pembaruan pendidikan dengan
terus-menerus mengadakan penelitian, seminar-seminar dan lokakarya dalam
skala terbatas maupun luas di bawah koordinator Badan Pengembangan Pendidikan
(BPP) dan Dep P & K. Lokakarya bimbingan hasilnya sangat konkrit yang
dicapai BPP adalah lokakarya III 1974 di Cisarua (Bogor) yang berhasil
menyusun “Pola Dasar Rencana dan Pengembangan Program BP Melalui
Proyek-Proyek Perintis Sekolah Pembangunan” yang menguraikan tentang dasar,
hakekat, tujuan, fungsi dan ruang lingkup program bimbingan pada PPSP. Pola
dasar tersebut berhasil pula menguraikan dalam “Pedoman Operasional Pelayanan
Bimbingan pada PPSP”.
|
Bimbingan Pendidikan Formal dalam
Periode Pendidikan Modern (1983/1984-Sekarang) (Lihat Sukardi, 2002).
|
Periode ini dimulai dengan
pergantian Menteri P&K dari Daoed Yoesoef kepada Nugroho Noto Susanto, yang
d iserahterimakan jabatannya (21 Maret 1983). Beliau banyak mengajukan
berbagai gagasan tentang pendidikan seperti pendidikan berfikir dan
Humaniora, perubahan kurikulum serta peleburan jurusan di SMA. Gagasan ini
mendapat tanggapan secara luas, shg terbit Keputusan Mendikbud No.
0461/U/1983, tgl 22 Oktober 1983 ttg perbaikan kurikulum Pend Dasmen di
lingkungan Dep P&K RI. Kemudian kebijakan kurikulum semakin jelas dengan
keluarnya SK Mendikbud No. 0209/U/1984, tanggal 2 Mei 1984, tentang perbaikan
kurikulum SMU (dikenal dg Kurikulum 1984) yang isinya “Kurikulum Inti dan
Pilihan”. Orientasi dari kurikulum ini adalah terletak pada pendekatan
ketrampilan proses, pembagian pendidikan atas inti dan pilihan, sistem
seleksi, SKS serta pengutamaan tenaga terampil bagi dunia kerja. Selain itu
sifat kurikulum yang mengutamakan tenaga terampil terhadap dunia kerja, lebih
intensifnya pelaksanaan bimbingan karir. Dan juga pelaksanaan bimbingan dapat
diketahui pada pertengahan tahun 1990-an, sekolah sudah melaksanakan
pekerjaan mereka sebagai guru pembimbing, kemudian diperkuat lagi oleh
kurikulum SMU 1994 tentang pedoman BK, Teknis Pengelolaan BK merupakan kurikulum
SMU 1996. Akhirnya kurikulum inilah yang memberikan arah yang lebih jelas
bagi status BK dan petugas di sekolah. Dengan adanya konselor, maka setiap yang
menghadapi kesulitan akan mendapat bantuan khusus dlm mengatasi masalah.
|
Berdasarkan
tabel diatas maka
sejarah perkembangan Bimbingan Konseling, yaitu pelayanan
Konseling dalam system pendidikan Indonesia mengalami beberapa perubahan nama.
Pada kurikulum 1984 semula disebut Bimbingan dan Penyuluhan (BP),
kemudian pada Kurikulum 1994 berganti nama menjadi Bimbingan dan Konseling
(BK) sampai dengan sekarang. Layanan BK sudah mulai dibicarakan di
Indonesia sejak tahun 1962. Namun BK baru diresmikan di sekolah di Indonesia
sejak diberlakukan kurikulum 1975. Kemudian disempurnakan ke dalam kurikulum
1984 dengan memasukkan bimbingan karir didalamnya. Perkembangan BK semakin
mantap pada tahun 2001.
C.
Layanan
yang di Berikan
1.
Bimbingan
dan Penyuluhan/Bimbingan dan Konseling (Dahulu)
Layanan yang diberikan kepada peserta didik di sekolah
meliputi:
1) Pelayanan pengumpulan data tentang
murid
Sesuai dengan pengertian bahwa bimbingan adalah bantuan bagi
individu yang menghadapi masalah, maka sudah tentu berhasil tidaknya suatu
usaha bantuan dalam rangka bimbingan akan banyak bergantung dari
keterangan-keterangan atau informasi-informasi tentang individu tersebut.
2) Pelayanan pemberian penerangan
Yang dimaksud pelayanan ini adalah memberikan
penerangan-penerangan yang sejelas-jelasnya dan selengkap-lengkapnya mengenai
berbagai hal yang diperlukan oleh setiap murid, baik tentang pendidikan,
pekerjaan, sosial, maupun pribadi.
3) Pelayanan penempatan
Tujuan pelayanan penempatan ini adalah agar setiap individu
dapat posisi yang sesuai keadaan dirinya, seperti minat, kecakapan, bakat, cita-cita,
tingkat perkembangan dan sebagainya.
4) Pelayanan pengajaran
Yang dimaksud dengan pelayanan pengajaran adalah kegiatan
pemberian bantuan kepada murid-murid dalam mengatasi kesulitan-kesulitan dalam
pengajaran.
5) Pelayanan penyuluhan
Penyuluhan merupakan inti kegiatan program bimbingan.
Kegiatan penyuluhan ini di samping berfungsi sebagai terapi (penyembuh), dapat
pula berfungsi sebagai cara pengumpulan data.
6) Pelayanan penelitian dan penilaian
(evaluasi)
Tujuan pelayanan ini adalah untuk mengadakan penelitian dan
penilaian mengenai masalah yang berhubungan dengan kegiatan program bimbingan
dan penyuluhan.
7) Pelayanan hubungan masyarakat
Di samping memberikan pelayanan kepada murid-murid dan
personil sekolah lainnya, kegiatan bimbingan memberikan pelayanan pula kepada
pihak-pihak luar sekolah, yaitu masyarakat.
2.
Bimbingan
dan Konseling (Sekarang)
Layanan yang diberikan kepada peserta didik di sekolah
meliputi:
1) Layanan orientasi
Layanan
orientasi yaitu layanan yang memperkenalkan seseorang pada lingkungan yang baru
dimasukinya, misalnya memperkenalkan siswa baru pada sekolah yang baru
dimasukinya.
Materi
kegiatan layanan orientasi meliputi:
a. Pengenalan lingkungan dan fasilitas
sekolah
b. Peraturan dan hak-hak serta
kewajiban siswa
2) Layanan informasi
Layanan informasi bersama dengan layanan orientasi
memberikan pemahaman kepada individu-individu yang berkepentingan tentang
berbagai hal yang diperlukan untuk menjalani suatu tugas atau kegiatan, atau
untuk menentukan arah suatu tujuan atau rencana yang dikehendaki. Informasi
yang dapat diberikan di sekolah di anataranya: informasi pendidikan, informasi
jabatan, dan informasi sosial budaya.
Materi layanan informasi meliputi:
a. Tugas-tugas perkembangan masa remaja
akhir tentang kemampuan dan perkembangan pribadi
b. Usaha yang dapat dilakukan dalam
mengenal bakat, minat, serta bentuk-bentuk penyaluran dan pengembangannya
3) Layanan bimbingan penempatan dan
penyaluran
Layanan bimbingan penempatan dan penyaluran yaitu layanan
bimbingan yang membantu menempatkan individu dalam lingkungan yang sesuai untuk
perkembangan potensi-potensinya. Termasuk di dalamnya: penempatan ke dalam
kelompok belajar, pemilihan kegiatan ekstrakurikuler yang diikuti, penyaluran
ke jurusan/program studi, penyaluran untuk studi lanjut atau untuk bekerja.
Materi kegiatan layanan ini meliputi:
a. Penempatan kelas siswa, program
studi atau jurusan, dan pilihan ekstrakurikuler yang dapat menunjang
pengembangan sikap, kebiasaan, kemampuan, bakat, dan minat
b. Penempatan dan penyaluran dalam kelompok
sebaya, kelompok belajar, dan organisasi kesiswaan seta kegiatan social sekolah
4) Layanan bimbingan belajar
Layanan
bimbingan belajar yaitu layanan yang membantu siswa untuk mengatasi masalah
belajarnya dan untuk bisa belajar dengan lebih efektif. Layanan ini
memungkinkan peserta didik mengembangkan diri berkenaan dengan sikap dan
kebiasaan belajar yang baik, matri belajar yang cocok dengan kecepatan dan
kesulitan belajar, serta berbagai aspek tujuan dan kegiatan belajar lainnya, sesuai
dengan perkembangan IPTEK.
Materi kegiatan
layanan ini meliputi:
a. Mengembangkan pemahaman tentang
diri, terutama pemahaman sikap, kebiasaan, bakat, minat, kekuatan-kekuatan dan
penyaluran, kelemahan-kelemahan dan penanggulangan, dan usaha-usaha pencapaian
cita-cita
b. Mengembangkan kemampuan
berkomunikasi, bertingkah laku dalam hubungan social dengan teman sebaya, guru,
dan masyarakat luas
5) Layanan konseling individual
Layanan konseling individual yaitu konseling yang diberikan
secara perorangan. Layanan ini memungkinkan peserta didik mendapatkan layanan
langsung secara tatap muka dengan guru pembimbing dalam rangka pembahasan dan
pengentasan permasalahan
Materi
layanan konseling ini meliputi:
a. Pemahaman sikap, kebiasaan, kekuatan
diri dan kelemahan, bakat, dan minat serta penyalurannya
b. Pengentasan kelemahan diri dan
pengembangan kekuatan diri
6) Layanan bimbingan dan konseling
kelompok
Yaitu
konseling yang dilaksanakan pada sekelompok orang yang mempunyai permasalahan
yang serupa. Layanan ini memungkinkan sejumlah peserta didik secara
bersama-sama melalui dinamika kelompok memperoleh berbagai bahan dari nara
sumber tertentu dan/atau membahas secara bersama-sama pokok bahasan (topik)
tertentu yang berguna untuk menunjang pemahaman dan kehidupannya mereka
sehari-hari dan/atau untuk pengembangan diri baik sebagai individu maupun
sebagai siswa, dan untuk pengembilan keputusan dan/atau tindakan tertentu.
Materi
layanan ini meliputi:
a. Pengenalan sikap dan kebiasaan,
bakat dan minat dan cita-cita serta penyalurannya
b. Pengenalan kelemahan diri dan
penanggulangannya, kekuatan diri dan pengembangannya
Berdasarkan
uraian di atas,
layanan Bimbingan dan Penyuluhan/Bimbingan dan Konseling (dahulu), yaitu
memfokuskan pada tujuan yang dianggap baik. Sedangkan layanan Bimbingan dan
Konseling (sekarang), yaitu memfokuskan pada pencapaian (accomplisment).
D.
Petugas
yang Melaksanakan
1.
Bimbingan
dan Penyuluhan/Bimbingan dan Konseling (Dahulu)
1) Guru BP (sekarang Konselor Sekolah)
belum mampu mengoptimalisasikan tugas dan fungsinya dalam memberikan pelayanan
terhadap siswa yang menjadi tanggungjawabnya. Yang terjadi malah guru
pembimbing ditugasi mengajarkan salah satu mata pelajaran seperti Bahasa
Indonesia, Kesenian, dsb.nya.
2) Guru Pembimbing merangkap
pustakawan, pengumpul dan pengolah nilai siswa dalam kelas-kelas tertentu serta
berfungsi sebagai guru piket dan guru pengganti bagi guru mata pelajaran yang
berhalangan hadir.
3) Guru Pembimbing ditugasi sebagai
“polisi sekolah” yang mengurusi dan menghakimi para siswa yang tidak mematuhi
peraturan sekolah seperti terlambat masuk, tidak memakai pakaian seragam atau
baju yang dikeluarkan dari celana atau rok.
4) Kepala Sekolah tidak mampu melakukan
pengawasan, karena tidak memahami program pelayanan serta belum mampu
memfasilitasi kegiatan layanan bimbingan di sekolahnya.
5) Terjadi persepsi dan pandangan yang
keliru dari personil sekolah terhadap tugas dan fungsi guru pembimbing,
sehingga tidak terjalin kerja sama sebagaimana yang diharapkan dalam organisasi
bimbingan dan konseling. Kondisi-kondisi seperti di atas, nyaris terjadi pada
setiap sekolah di Indonesia.
2.
Bimbingan
dan Konseling (Sekarang)
1) Pelaksana bimbingan dan konseling di
sekolah adalah guru pembimbing, yaitu guru yang secara khusus ditugasi untuk
itu. Dengan demikian, bimbingan dan konseling tidak dilaksanakan oleh semua
guru atau sembarang guru. Guru pembimbing, sebagai petugas utama dan tenaga
inti dalam pelayanan bimbingan dan konseling.
2)
Personal pada Kantor Dinas Pendidikan
yang bertugas melakukan pengawasan (penyeliaan) dan pembinaan terhadap penyelenggaraan
pelayanan bimbingan dan konseling di satuan pendidikan.
3)
Kepala Sekolah, sebagai penanggung jawab
program pendidikan secara menyeluruh (termasuk di dalamnya program bimbingan
dan konseling) di satuan pendidikan masing-masing.
4) Guru-guru lain, (guru mata pelajaran Guru Praktik) serta
wali kelas, sebagai penanggung jawab dan tenaga ahli dalam mata pelajaran,
program latihan atau kelas masing-masing.
5) Orang tua, sebagai penanggung jawab utama peserta didik
dalam arti yang seluas-luasnya.
6) Ahli-ahli lain, dalam bidang non bimbingan dan
nonpelajaran/ latihan (seperti dokter, psikolog, psikiater) sebagai subjek alih
tangan kasus.
7) Sesama
peserta didik, sebagai kelompok subyek yang potensial untuk diselenggarakannya
“bimbingan sebaya”
Berdasarkan
uraian di atas, maka petugas yang melaksanakan
Bimbingan Penyuluhan/Bimbingan Konseling (dahulu), disampaikan dan dilaksanakan hanya oleh konselor.
Sedangkan petugas yang melaksanakan Bimbingan Konseling (sekarang) yaitu
Kolaboratif antara konselor, guru, orang tua dan masyarakat.
E.
Cara
Penyelesaian Masalah oleh Petugas
1. Bimbingan dan Penyuluhan/Bimbingan
dan Konseling (Dahulu)
Teknik merupakan suatu cara yang dilakukan oleh guru
bimbingan dan penyuluhan dalam mengatasi masalah kesulitan belajar yang
dihadapi. Dalam melaksanakan bimbingan dan penyuluhan belajar di sekolah harus
menggunakan teknik yang tepat, agar kegiatan belajar mengajar berlangsung
efektif dan efisien. Adapun teknik yang digunakan dalam bimbingan dan
penyuluhan antara lain teknik tes dan non tes. Yang dimaksud adalah serangkaian
pengumpulan data siswa dengan menggunakan tes standar misalnya, tes
intelejensi, tes bakat, tes minat, kreativitas dan lain sebagainya. (Musari,
2001:69)
Sedangkan menurut Shetzer (2001:69) menyebutkan teknik non
tes meliputi observasi, anecdotal, recod, skala penilaian, catatan comulatif,
teknik sosiometrik, dan studi kasus, pendekatan pelayanan bimbingan dan
penyuluhan merupakan salah satu bentuk teknik layanan dalam bimbingan dan
penyuluhan.
Adapun cara khusus dalam melayani klien sesuai dengan
kebutuhan dalam bimbingan dan penyuluhan dibagi dalam empat teknik, yaitu:
1) Bimbingan Kelompok
Bimbingan kelompok merupakan salah satu cara dalam
melaksanakan kegiatan layanan bimbingan dan penyuluhan untuk membantu
memecahkan masalah klien.
2) Penyuluhan Individu
Penyuluhan individu merupakan salah satu cara pemberian
bantuan secara perorangan dan pelaksanaannya dilakukan dengan face to face
atau tatap muka langsung dengan klien.
3) Bimbingan Lapangan
Bimbingan lapangan adalah bantuan yang diberikan kepada
peserta didik apabila melakukan kegiatan di luar kelas atau di luar ruangan
dalam rangka untuk mengakses obyek-obyek tertentu yang menjadi isi layanan
(Prayitno, 2004:9)
4) Bimbingan Klasikal
Bimbingan klasikal adalah bantuan yang diberikan kepada
siswa yang pelaksanaannya dilakukan di dalam kelas.
2. Bimbingan dan Konseling (Sekarang)
1) Konseling
Konseling merupakan bantuan yang bersifat terapeutik yang
diarahkan untuk mengubah sikap dan perilaku individu
2) Nasihat
Nasihat merupakan salah satu teknik bimbingan yang dapat
diberikan oleh konselor ataupun pembimbing.
3) Bimbingan kelompok
Bimbingan kelompok merupakan bantuan terhadap individu yang
dilaksanakan dalam situasi kelompok
4) Konseling kelompok
Konseling kelompok merupakan bantuan kepada individu dalam
situasi kelompok yang bersifat pencegahan dan penyembuhan, serta diarahkan pada
pemberian kemudahan dalam perkembangan dan pertumbuhannya.
5) Belajar bernuansa bimbingan
Individu akan lebih berhasil dalam belajar apabila
guru/dosen menerapkan prinsip-prinsip dan memberikan bimbingan waktu mengajar.
Berdasarkan
uraian di atas,
maka cara penyelesaian masalah oleh petugas Bimbingan Penyuluhan/Bimbingan
Konseling (dahulu), yaitu berorientasi pada pemecahan masalah klien (siswa).
Sedangkan cara penyelesaian masalah oleh petugas Bimbingan Konseling
(sekarang), yaitu berorientasi pengembangan potensi positif klien (siswa).
Tabel Perbedaan Bimbingan dan Konseling Dahulu dan Sekarang
Manajemen Bimbingan dan Konseling
|
|
Pola Lama
|
Pola Baru
|
Menitikberatkan pada siswa yang
beresiko/bermasalah
|
Melayani seluruh siswa (guidance
for all)
|
Dilaksanakan karena adanya
krisis/masalah
|
Dilaksanakan berdasarkan kurikulum
|
Pendekatan panggilan (on call)
|
Terjadwal (kalender)
|
Disampaikan dan dilaksanakan hanya
oleh konselor
|
Kolaboratif antara konselor, guru,
orang tua dan masyarakat
|
Dimiliki hanya oleh staf konseling
(konselor)
|
Didukung dan dimiliki oleh seluruh
komunitas
|
Mengukur jumlah usaha yang
dilakukan
|
Mengukur dampak yang dikaitkan
dengan tujuan
|
Berurusan dengan proses
melaksanakan pekerjaan
|
Berurusan dengan pencapain tujuan,
sasaran dan hasil
|
Memfokuskan pada tujuan dan yang
dianggap baik
|
Memfokuskan pada pencapaian
(accomplisment)
|
Bekerja untuk memelihara sistem
yang ada
|
Responsif dan beradaptasi dengan
perubahan
|
Membicarakan tentang bagaimana
bekerja keras
|
Membicarakan tentang efektivitas
kerja
|
Proses Konseling
|
|
Bersifat klinis
|
Bersifat pedagogis
|
Melihat kelemahan klien
|
Melihat potensi klien (siswa)
|
Berorientasi pemecahan masalah
klien (siswa)
|
Berorientasi pengembangan potensi
positif klien (siswa)
|
Konselor serius
|
Menggembirakan klien (siswa)
|
Dialog menekan perasaan klien dan
klien (siswa) sering tertutup
|
Dialog konselor menyentuh klien
(siswa), klien (siswa) terbuka
|
Klien sebagai obyek
|
Klien (siswa) sebagai subyek
|
Konselor dominan dan bertindak
sebagai problem solver
|
Konselor hanya membantu dan
memberi alternatif-alternatif
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar