BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Bahasa Arab amat
penting sekali bagi kita kaum Muslimin, karena ucapan kita dalam sembahyang
dengan Bahasa Arab dan Kitab suci kita yaitu Al-Qur’an dalam bahasa Arab.
Guru sebagai pendidik
profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan,
melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini
serta jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Harus
mampu memberikan pengajaran Bahasa Arab kepada peserta didik.
Pengajaran itu merupakan
profesi yang membutuhkan pengetahuan, keterampilan dan kecermatan karena ia
sama halnya dengan pelatihan kecakapan yang memerlukan kiat, strategi dan
ketelatenan, sehingga menjadi cakap dan profesional.
Penerapan metode
pengajaran tidak akan berjalan dengan efektif dan efisien sebagai media
pengantar materi pengajaran bila penerapannya tanpa didasari dengan pengetahuan
yang memadai tentang metode itu. Sehingga metode bisa saja akan menjadi
penghambat jalannya proses pengajaran, bukan komponen yang menunjang pencapaian
tujuan, jika tidak tepat aplikasinya. Oleh karena itu, penting sekali untuk
memahami dengan baik dan benar tentang metode serta pendekatan dan tekniknya.
B.
Rumusan Masalah
Berdasarkan
latar belakang tersebut, maka rumusan masalah yang dihadapi yaitu:
1. Bagaimanakah
pendekatan pengajaran Bahasa Arab?
2. Apa
saja metode-metode pengajaran Bahasa Arab?
3. Bagaimana
teknik-teknik yang digunakan dalam pengajaran Bahasa Arab?
C.
Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini yaitu:
1. Untuk
mengetahui pendekatan yang digunakan dalam pengajaran Bahasa Arab
2. Untuk
mengetahui berbagai metode yang digunakan dalam pengajaran Bahasa Arab
3. Untuk
mengetahui teknik-teknik yang digunakan dalam pengajaran Bahasa Arab
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pendekatan Pengajaran Bahasa Arab
Pendekatan, approach atau adalah “ Suatu pernyataan
pendirian, filsafat dan keyakinan.” Approach ialah sesuatu yang bersifat
aksioma (jelas kebenarannya) yang diyakini, walaupun kebenaran itu tidak mesti
dapat dibuktikan. Kongkritnya, approach dalam pengajaran bahasa terdiri dari
serangkaian asumsi mengenai hakikat bahasa dan pembelajarannya. “ Misalnya
asumsi dari aural-oral approach menyatakan bahwa “ Bahasa itu apa yang kita dengar
dan yang kita ucapkan. Sedangkan tulisan hanyalah representasi (pencerminan) dari ucapan itu.”
Yang tergolong dalam bidang approach di bidang
pengajaran bahasa asing menurut Dr. Rusyadi Tu’aimah, ada empat macam yaitu:
1.
Humanistik Approach, pendekatan
manusiawi
a. Pengertian
Pendekatan manusiawi
(Humanistic Approach) sangat memperhatikan peserta didik/murid bahwa ia sebagai
manusia, bukan alat sebagai alat atau benda mati yang menerima
rangsangan-rangsangan dan menjawabnya.
Hal seperti ini
merupakan orientasi baru bagi para ahli pengajaran bahasa asing, juga
mengajarkan bahasa-bahasa asing bagi mereka sebagaimana diketahui bertujuan
mempererat hubungan antar umat manusia yang memiliki berbagai kebudayaan.
b. Tujuan
Para ahli
berpendapat bahwa memperhatikan kepuasan kebutuhan psykologis murid adalah
suatu hal yang perlu didahulukan daripada menyambut aspirasi fikiran mereka
2.
Media-Based Approach, pendekatan sarana
dasar (teknik)
a. Pengertian
Pendekatan
Teknik (Media Based Approach) adalah dalam mengajarkan bahasa asing
mengandalkan kepada sarana dan teknik mengajar. Sebagaimana diketahui bahwa
sarana atau alat peraga (alat bantu) besar peranannya dalam menyampaikan
keahlian dan mengubahnya dari keahlian abstrak kepada keahlian yang kongkrit.
b. Tujuan
Pendekatan
teknik ini bertujuan melengkapi konteks yang menjelaskan makna kata-kata,
struktur dan istilah-istilah kebudayaan baru melalui gambar, peta, foto, contoh
model yang hidup, kartu dan segala sesuatu yang membantu menjelaskan makna kata
asing kepada murid.
3.
Analytical dan Non Analytical Approach, pendekatan
analisis dan non analisis
a. Pengertian
dan asas-asasnya
Pendekatan
analisis disebut juga “formal approach” ( ) yang berlandaskan kepada pertimbangan
kebahasaan bahasa yang bersifat sosial (sosiolinguistics). Pendekatan ini
mementulkan orientasi aliran sastra tentang analisis bentuk-bentuk percakapan,
pidato dan teori komunikasi lisan.
1) Analisis
a)
Pengertian linguistik di jadikan sebagai
dasar
b)
Berdasarkan kepada pembahasan
sosiolinguistik, semantik, aktifitas bicara, analisis sistem, dan
pengertian-pengertian pikiran serta fungsi
c)
Menuntut penganalisaan kebutuhan
linguistik, program bahasa baru dan program profesional yang didasarkan kepada
silabus
2) Non
Analisis
a) Pengertian
Ilmu Jiwa Bahasa (psycholinguistic) dan pengertian pendidikan, dijadikan
sebagai asas, bukan pengertian kebahasaan
b) Bersifat
sebagai pendekatan global, integral dan alami
c) Menuntut
pengajaran bahasa pada situasi-situasi kehidupan yang alami dan difokuskan
kepada topik-topik pembicaraan yang berkaitan dengan kehidupan murid
b. Persamaannya
Analisis dan non analisis mempunyai kesamaan yaitu
terletak pada sama-sama menuntut persiapan materi baru.
4.
Communicative Approach (Pendekatan
Komunikatif)
a. Pengertian
Pendekatan
komunikatif yaitu mengajarkan bahasa dengan sasaran mampu berkomunikasi aktif
dan praktis.
b. Tujuan
dan sasaran
Melatih
murid-murid menggunakan bahasa secara spontanitas dan kreatif, disamping
penguasaan qawaid.
c. Langkah-langkah
Kegiatan Belajar Pendekatan Komunikatif
Guru
mengemukakan contoh dialog pendek, melontarkan sekelompok pertanyaan yang
mengacu kepada dialog, siswa disuruh menganalisis secara merata tentang qawaid,
siswa menafsirkan pola-pola bahasa dan penilaian.[1]
B.
Metode Pengajaran Bahasa Arab
Metode ( ) adalah “Prosedur
atau rencana menyeluruh yang berhubungan dengan penyajian materi pelajaran
secara teratur dan serasi serta tidak saling bertentangan satu sama lain
berdasarkan suatu approach.”
Definisi lain mengatakan, metode adalah “Orientasi
yang diikuti guru dalam kegiatan pembelajaran setelah memilih cara-cara yang
akan ditempuhnya dan menyiapkan persiapan-persiapan serta materi pengajaran
yang telah diatur dan menetapkan sarana-sarana yang memungkinkannya
menyampaikan materi itu kepada murid.
Faktor-faktor yang mempengaruhi metode antara lain :
tujuan, materi dan latar belakang siswa.[2]
Macam-macam metode,
yaitu:
1. Metode
Qawaid – Terjemah
a.
Pengertian
Metode Qawaid
dan terjemah atau tariiqatul al Qowaid Wa Tarjamah atau Grammatical Translation
method adalah metode mempelajari bahasa asing (bahasa arab) yang menekankan
pemahaman qawaid untuk mencapai keterampilan membaca, menulis dan menerjemah.
Metode ini kurang memperhatikan aspek menyimak dan berbicara. Kepincangan atau
kekurangan inilah yang menjadi bahan kritikan para penganut metode lain. Dan
metode ini dijuluki orang-orang kontra dengan julukan “Metode Tradisional”
b.
Ciri-ciri khusus
Ciri-ciri yang
menonjol dari metode Qowaid dan Terjemah, yaitu:
1) Memperhatikan
keterampilan membaca, menulis dan menerjemahkan
2) Menggunakan
bahasa ibu sebagai bahasa pengantar
3) Memperhatikan
hukum-hukum Nahwu
4) Guru
sering mengajak muridnya menganalisis bahasa tentang kalimat tertentu
Pendekatan atau metode Qowaid dan terjemah ini
menerima banyak kritikan, karena:
1) Melalaikan
keterampilan berbicara yang merupakan keterampilan utama yang tidak patut
dilalaikan
2) Menggunakan
bahasa Ibu sebagai bahasa penghantar sehingga bahasa arab jarang diucap (guna)
kan
3) Analisis
hukum-hukum nahwu termasuk dalam analisis ilmiah bahasa bukan dalam memperdalam
bahasa sebagai sesuatu keterampilan
c.
Tujuan Qawaid Terjemah
Metode Qawaid – Terjemah (grammer translation
method) bertujuan “Menghasilkan murid-murid yang berbudaya tinggi dan memiliki
daya intelegensi yang terlatih dalam memahami teks-teks yang penuh dengan
kultur yang dikandung teks bahasa fusha.
d.
Prosedur pengajarannya
1) Mengajarkan
hasil-hasil tulisan (sastra) dalam bahasa Fusha (klasik)
2) Memahami
teks yang dibaca. Untuk itu murid menganalisis nahwu dan shorof serta makna
mufradat kemudian menerjemahkannya
3) Mengajarkan
cara menulis artikel (mengarang) dengan gaya bahasa fusha[3]
2. Metode
Langsung
a.
Pengertian
Metode langsung
( )
muncul sebagai reaksi metode qowaid dan terjemah yang memperlakukan bahasa
sebagai sesuatu yang mati. Seruan-seruan yang mengajak untuk menjadikan bahasa
asing (bahasa arab) sebagai bahasa yang hidup muncul sejak tahun 850. Dan
seruan ini menuntut perubahan-perubahan mendasar dalam cara mengajarkan bahasa
asing (bahasa arab). Setelah itu, istilah yang tersiar secara cepat adalah
metode langsung, yaitu metode yang memprioritaskan keterampilan berbicara
sebagai ganti keterampilan membaca, menulis dan menerjemah.[4]
Penekanan metode
ini adalah pada latihan percakapan terus-menerus antara guru dan peserta didik
dengan menggunakan bahasa Arab tanpa sedikitpun menggunakan bahasa ibu, baik
dalam menjelaskan makna kosa-kata maupun menerjemah.[5]
b.
Ciri-ciri khusus
Di antara ciri khusus metode/pendekatan langsung
adalah:
1) Memprioritaskan
berbicara sebagai ganti keterampilan membaca, menulis dan terjemah
2) Menjauhi
dan menganggap tidak perlu menerjemahkan ke dalam bahasa ibu. Dengan kata lain
bahasa ibu tidak mempunyai tempat sama sekali
3) Menerangkan
makna kata tau kalimat yang sulit dengan Bahasa Arab lagi melalui
bermacam-macam cara. Diantaranya menjelaskan maksud kata/kalimat, menyebut
sinonimnya, menyebut lawannya dan seterusnya
4) Menggunakan
perbandingan langsung anatara kata dan makna/maksudnya (dalam Bahasa Arab
lagi). Juga perbandingan langsung anatara kalimat dengan situasinya. Oleh
karena butir 4 dan 3, metode ini dinamai metode langsung
5) Menggunakan
tekhnik menirukan dan hafalan, di mana murid-murid mengulang-ngulang
kalimat-kalimat, lagu-lagu dan percakapan yang membantu mereka memantapkan
bahasa sasarannya
c.
Sasarannya
Sasaran metode
langsung adalah memberikan murid kemampuan berfikir dengan bahasa sasaran, baik
dalam berbicara maupun dalam membaca dan menulis.
d.
Prosedur Pengajarannya
Semua kegiatan dengan menggunakan Bahasa asing
(Arab). Program bahasa disertai dengan mempelajari kata-kata dan
kalimat-kalimat dalam Bahasa Arab.
Dalam menjelaskan makna kata, metode ini mengikuti
tekhnik-tekhnik berikut:
1)
Menunjukkan benda-benda konkrit yang
merupakan makna-makna kata yang dimaksud seperti pulpen, buku dan sebagainya.
Untuk menjelaskan makna misal :
2)
Mendemonstrasikan perbuatan untuk
menjelaskan kalimat sebagai contoh : guru membuka pintu untuk menjelaskan
3)
Main peran seperti dokter memeriksa
pasien
4)
Menyebut lawan kata ( )
5)
Menyebut synonim ( )
6)
Asosiasi, seperti menyebut kata yang mengingatkan pikiran
menyebut kata lain, seperti ketika menyebutkan kata terpanggil kata -
- - dll
7)
Menyebut induk kalimat dan musytaqnya,
seperti berasal dari dst
8)
Menjelaskan maksud kata atau kalimat
9)
Khusus untuk tingkat menengah dan
tingkat perguruan tinggi, peserta didik disuruh mencari di kamus-kamus Arab
10)
Menerjemahkan ke dalam bahasa pengantar
(untuk anda Bahasa Indonesia)
e.
Pemikiran dan Sikap
Memang metode langsung ini menampilkan bahasa pada
situasi hidup dengan cara dialog dan secara praktis menggunakan kosa kata,
struktur dan ungkapan-ungkapan tinggi frekuensinya.
Namun problem utamanya:
1) Metode
ini kadang-kadang memberi kebebasan bicara pada situasi-situasi yang tidak di
programkan yang mengakibatkan kebebasan yang tidak terpuji dalam menggunakan kata
atau struktur kalimat. Ini kata Wallija Ravraz : “Biasanya siswa mencampur
adukan tak karuan antara bahasa asing dan bahasa ibu.”
2) Kalau
bahasa ibuu diasingkan dari bahasa kedua, murid hanya mengetahui makna struktur
( ) dari
konteks saja. Sedangkan memahami struktur melalui konteks hanya bisa dijalankan
oleh murid-murid yang cerdas saja
3) Banyak
guru yang tidak siap untuk melaksanakannya, asas manfaat bercakap Bahasa Arab
di negara kita sangat terbatas.[6]
3. Metode
Aural-Oral
a.
Pengertian
Aural-oral method atau Audio Lingual method timbul
sebagai sambutan terhadap dua hal penting yang terjadi pada tahun 50-an dan
60-an, dua hal itu adalah:
1) Beberapa
sarjana psikologi melaksanakan pengkajian Bahasa Indian yang tidak tertulis di
Wilayah A.S
2) Berkembangnya
komunikasi yang mendekatkan jarak antara satu individu dan lainnya serta
kebutuhan kepada bahasa untuk digunakan dalam berkomunikasi
Metode ini timbul sebagai reaksi terhadap dua metode
yang lalu. Menurut metode ini bahasa adalah apa yang kita dengar dan apa yang
kita ucapkan. Metode ini disebut juga metode alami atau natural method.
b.
Ciri-cirinya
Di antara yang paling menonjol adalah:
1) Bahasa
adalah pendengaran dan pembicaraan (tuturan). Sedangkan tulisan adalah kegiatan
cerminan dari yang di dengar dan yang dibicarakan. Karenanya perhatian harus
ditekankan pada pembicaraan
2) Menekankan
kepada peniruan, hafalan, asosiasi, dan analogi, karena metode ini didasarkan
kepada prinsip bahasa dalam mempelajari bahasa asing hendaknya murid berada dalam
situasi dan kondisi yang sama seperti waktu ia mempelajari bahasa ibunya waktu
kecil
3) Mengajarkan
bahasa asing harus mengikuti rangkaian tertentu, yaitu menyimak, berbicara,
membaca, kemudian menulis
4) Penerjemahan,
membahayakan pengajaran bahasa asing, dan tidak ada dorongan untuk
menggunakannya
5) Setiap
bahasa mempunyai sistem sendiri-sendiri. Karenanya tak ada gunanya
memperbandingkan antara bahasa asing dengan bahasa ibu
c.
Penilain dan Sikap
Metode Oral-Aural itu bertolak dari pemikiran yang
akurat tentang bahasa dan fungsinya. Tidak ragu lagi bahwa perhatian
keterampilan menyimak dan berbicara adalah hal yang serasi dengan situasi dan
kondisi masyarakat manusia.
Namun suksesnya mengajarkan Bahasa Arab mengikuti
metode ini tergantung kepada guru yang betul-betul mempunyai kemampuan dan
kreatifitas yang tinggi, dan sarana serta situasi dan kondisi sedemikian rupa.[7]
4. Metode
Membaca
a.
Timbulnya
Timbulnya metode membaca, reading method bersumber
kepada orang pakar pengajaran bahasa asing pada perempatan abad XX, ketika
Michael Wist menerbitkan bukunya Bilingualis With Special Reference to Begal.
Dalam buku itu, penyusun mempelajari kasus
pengajaran Bahasa Inggris di India. Dan ia menjelaskan bahwa rakyat India
sangat memerlukan keterampilan membaca, tidak membutuhkan percakapan dengan
bahasa Inggris.
Di samping itu membaca lebih mudah mengerjakannya.
Mulailah Wist menyusun buku-buku tentang “belajar membaca” berdasarkan
frekuensi Wist Thorndic
b.
Ciri-ciri/Langkah-langkahnya
Di antara ciri metode membaca yang terutama menurut
Dr. Rusyadi A. T. adalah sebagai berikut:
1) Biasanya
dimulai dengan latihan keterampilan bunyi, kemudian murid-murid menyimak
kalimat-kalimat sederhana dan mengucapkan sebagai bunyi dan kalimat-kalimat
sampai sistem bunyi itu familiar bagi mereka
2) Setelah
latihan membaca kalimat-kalimat tertentu, murid membaca kalimat-kalimat itu
dalam teks dalam rangka meningkatkan kepandaian murid membaca dalam hati
3) Murid
membaca teks tadi dengan suara nyaring yang diikuti dengan
pertanyaan-pertanyaan tentang isi kandungan teks
4) Setelah
itu membaca dibagi dua macam, membaca intensif ( ) dan membaca
ekstensif ( )
a)
Membaca Intensif
Karakteristik
membaca intensif adalah sebagai berikut :
· Dilakukan
de kelas bersama guru
· Tujuannya
untuk meningkatkan keterampilan utama dalam membaca, dan memperkaya
perbendaharaan kata serta menguasai qawaid yang dibutuhkan dalam membaca
· Guru
menguasai dan membimbing kegiatan itu. Guru memantau kemajuan masing-masing
murid. Dan ia mengetahui faktor kesulitan yang dihadapi murid dan membantu
mereka mengatasinya
b)
Membaca Ekstensif
· Kegiatan
membaca dilakukan di luar kelas
· Tujuannya
untuk meningkatkan pemahaman isi bacaan
· Sebelumnya,
di kelas guru mengarahkan, menentukan materi bacaan dan mendiskusikannya
Sekalipun tidak
dibimbing secara intensif dan tidak pula dipantau dengan ketat, karena memang
fasenya begitu, tetapi membaca tingkat ekstensif mempuyai andil besar dalam
mengantarkan ke siswa pintu mengetahui pusaka Arab dan membaca buku-bukunya,
sehingga mereka memahami kebudayaannya
c.
Evaluasi Metode Membaca
Berdasarkan
ciri-ciri metode membaca di atas, kita bisa mencatat hal-hal dibawah ini:
1) Dalam
metode membaca ini tidak banyak hal yang baru, karena asas-asas dan prinsip
metode-metode lain di fungsikan pula dalam metode ini. Hanya karena memfokuskan
kepada keterampilan membaca lah metode ini menjadi berbeda dengan metode-metode
lain, sehingga ia mempunyai ciri tersendiri
2) Metode
membaca tidak menolak penggunaan bahasa lain sebagai bahasa pengantar, dan
menerjemahkan kata-kat atau kalimat dari bahasa asing ke dalam bahasa ibu.
Konsep ini di adopsi dari metode Qawaid-Terjemah
3) Langkah-langkah
yang dilakukan metode ini sama dengan langkah-langkah mengajarkan bahasa ibu.
Khususnya, mengajarkan membaca dalam program mengajarkan bahasa Arab sebagai
bahasa ke dua, di lakukan pada tingkat-tingkat tinggi. Itu sama dengan
mengajarkan membaca pada program pengajaran bahasa Arab sebagai bahasa ibu
4) Metode
ini lahir bukan karena menyambut perubahan-perubahan pengertian kebahasaan dan
pula menyambut teori para pakar ilmu jiwa, melainkan karena kebutuhan praktis.
Kebutuhan peserta didik kepada keterampilan membaca melebihi kebutuhan mereka
kepada keterampilan lainnya
5) Pada
era globalisasi ini, membaca merupakan salah satu tuntutan kemajuan manusia kontemporer.
Setiap hari terbit ribuan bahkan sampai satu juta judul buku dalam berbagai
bahasa. Bila seseorang tidak memiliki kemampuan membaca ia jauh ketinggalan di
bidang budaya. Dalam hal ini, metode membaca membuka pintu kemajuan, sehingga
mudahlah bagi para siswa untuk berkomunikasi dengan media cetak dan menggali
ilmu pengetahuan
5. Metode
Elektik (Tariqah al-Intiqaiyyah)
a.
Pengertian
Metode elektik
yaitu metode gabungan yang mengambil aspek-aspek positifnya baik dari
keterampilan maupun pengetahuan bahasa, sehingga mencapai tujuan dan hasil
pembelajaran yang maksimal. Metode elektik dimaksud mencakup metode percakapan,
membaca, latihan, dan tugas.[8]
b.
Lahirnya
Metode Elektik
lahir sebagai reaksi terhadap ketiga metode Qawaid-Terjemah, Metode Langsung
dan Metode Aural-Oral. Asumsi yang terkandung dalam metode ini adalah:
1) Setiap
metode mempunyai kelebihan yang mungkin bisa dimanfaatkan dalam mengajarkan
bahasa asing
2) Tidaklah
terdapat suatu metode yang betul-betul mulus (teladan), dan tidak pula terdapat
suatu metode jelas-jelas salah. Yang benar, setiap metode mempunyai kelebihan
dan kelemahan
3) Adalah
sangat mungkin mengkompromikan aspek-aspek positif dari ketiga metode tadi,
sehingga ketiga metode itu menyumbangkan aspek-aspek positifnya yang serasi dan
tidak saling bertentangan satu sama lain, dan tidak pula kontradiktif atau
reaktif
4) Tidaklah
terdapat suatu metode yang cocok untuk semua tujuan, untuk semua peserta didik,
untuk semua guru dan tidak pula untuk semua program/materi pengajaran[9]
c.
Materi ajar dan desain pembelajarannya
Materi ajarnya
yaitu topik-topik yang komunikatif dan kontekstual tentang tema keseharian,
keagamaan, iptek dan kebudayaan.
Desain
pembelajarannya meliputi:
1)
Keterampilan mendengar dan berbicara
(istima’-kalam)
a) Teks
percakapan yang komunikatif dan kontekstual
b) Mufradat
c) Tadribat
(pelatihan)
d) Al’ab
lughowiyah (permainan bahasa)
e) Wajib
(tugas)
2)
Keterampilan membaca dan menulis
(Qira’ah-Kitabah)
a) Teks
bacaan yang komunikatif, pragmatik, dan kontekstual
b) Mufradat
c) Contoh-contoh
teks yang struktural, komunikatif, dan kontekstual
d) Penjelasan
dan kesimpulan (oleh pengajar)
e) Latihan
membaca
f) Wajib
(tugas)[10]
6. Metode
Pengetahuan
Ada lagi metode yang lahir tahun 60-an, yaitu Metode
Pengetahuan (Cognitive Code Learning Theory) Namun metode ini hanya merupakan
anjuran saja bagi kita.
Di antara ciri utama metode ini adalah: mengenalkan
sistem bunyi, sistem Nahwu (sintaksis), sistem sorof (morfologi) dan sistem
dalali (semantik) bahasa Arab sebagai bahasa ke dua.
Tujuan utama metode ini, memungkinkan murid berlatih
bahasa Arab, menguasai sistem-sistemnya dan memahamihakikatnya secara merata.[11]
7. Metode
Imlak (Dikte)
a.
Kepentingannya
Imlak penting
sekali di antara cabang-cabang ilmu bahasa. Bahkan itulah asas yang utama untuk
mengibaratkan isi hati kita dengan tulisan. Nahu hanya wasilah (jalan) untuk
membetulkan baris akhir kata-kata. Tetapi imlak wasilah untuk membentulkan rupa
tulisan kata-kata.
Imlak menjadi
ukuran untuk mengetahui sampai dimana pelajaran murid-murid, supaya dapat
diberikan pelajaran baru.
b.
Tujuan Imlak
Di antara tujuan
imlak sebagai berikut:
1) Melatih
murid-murid, supaya menuliskan kata-kata dengan betul dan menetapkan bentuk
(rupa) kata-kata itu dalam otak mereka, sehingga dapat mereka menuliskannya
tanpa mencontoh
2) Melatih
pancaindera yang dipergunakan waktu imlak, supaya kuat dan tajam, yaitu telinga
untuk mendengarkan, tangan untuk menuliskan dan mata untukmemperhatikan bentuk
kata-kata
3) Membiasakan
murid-murid, supaya teliti, disiplin, awas, bersih dan tertib
4) Meluaskan
pengalaman murid-murid dan memperkaya bahasanya dan pengetahuan umumnya
5) Melatih
murid-murid, supaya dapat mencatat dan menuliskan apa-apa yang didengarnya
dengan cepat dan terang
c.
Macam-macam imlak
1) Imlak
yang disalin. Artinya murid-murid menyalin kalimat dari papan tulis atau dari
kitab bacaan yaitu sesudah membaca dan memahaminya serta mengeja sebagian
kata-katanya dengan ejaan lisan
2) Imlak
yang dilihat. Artinya diperlihatkan kepada murid-murid kalimat imlak yang
dituliskan di papan tulis, kemudian disuruh membaca dan memahaminya serta
mengeja sebagian kata-katanya. Kemudian kalimat itu ditutup dan diimlakan
kepada mereka
3) Imlak
yang di dengar. Artinya diperdengarkan kepada murid-murid kalimat imlak (tanpa
dituliskan). Setelah diadakan munaqasyah (perdebatan) tentang artinya dan ejaan
kata-katanya yang sukar, lalu dituliskan di papan tulis. Kemudian dihapus,
sesudah disuruh murid-murid memperhatikannya, lalu diimlakan kepada mereka
4) Imlak
ujian atau testing. Tujuannya untuk menguji murid-murid dan mengukur sampai
dimana kemajuannya dalam pelajaran yang telah diberikan kepadanya. Dalam imlak
ujian ini kalimat imlak itu, diimlakan kepada murid-murid, sesudah artinya
tanpa diadakan munaqasyah tentang ejaannya
d.
Metode Mengajarkan Imlak
1) Mengajarkan
imlak yang disalin
a) Pendahuluan
yang sesuai dengan acara pelajaran
b) Memperlihatkan
acara imlak di papan tulis atau dari kitab bacaan
c) Guru
membaca acara imlak sebagai contoh
d) Kemudian
disuruh seorang murid membacanya
e) Bersoal-jawab
dengan murid-murid untuk memahami acara imlak, sehingga mereka paham sebenar-benarnya
faham
f) Menyuruh
murid-murid mengeja kata-kata yang sukar
g) Kemudian
guru menyuruh murid-murid menyalin acara imlak dalam buku tulis khusus untuk
itu sebagai berikut:
·
Mengeluarkan buku tulis dan pena, lalu
disuruh mereka menuliskan tanggal bulan Hijri dan Miladi serta judul imlak
·
Guru membacakan imlak kepada
murid-murid, kata demi kata, sambil menunjuk kepada tulisan kata itu
·
Semua murid menulis bersama-sama,
sesudah dibacakan oleh guru
h) Kemudian
guru membaca acara imlak sekali lagi, supaya dapat murid-murid memperbaiki
kalau ada kesalahan-kesalahannya
i) Menghimpunkan
buku tulis murid-murid dengan cara teratur dan tenang
2) Mengajarkan
imlak yang dilihat
Metode
mengajarkan imlak yang dilihat sama dengan metode mengajarkan imlak yang
disalin. Perbedaannya ialah, sesudah selesai membaca acara imlak dan
bersoal-jawab untuk memahaminya serta mengeja kata-kata yang sukar, lalu
ditutup acara imlak seluruhnya, sehingga tiada dapat dilihat oleh murid-murid.
Kemudian guru membacakan imlak kepada murid-murid, kata demi kata seperti
tersebut di atas.
3) Mengajarkan
imlak yang didengar
a) Pendahuluan
seperti pada muthala’ah
b) Guru
membaca acara imlak seluruhnya, supaya dapat dipahami oleh murid-murid secara
umum (tanpa dilihat tulisannya)
c) Bersoal-jawab
dengan murid-murid untuk memahami acara imlak
d) Mengeja
kata-kata yang sukar, lalu dituliskan di papan tulis. Guru menyuruh murid-murid
memperhatikan kata-kata itu
e) Murid-murid
mengeluarkan buku tulis dan pena, lalu menuliskan tanggal hari bulan Hijri dan
Miladi serta judul imlak. Ketika itu guru menghapus kata-kata yang tertulis di
papan tulis
f) Guru
membaca acara imlak sekali lagi
g) Kemudian
guru membacakan imlak sebagai berikut:
·
Bacakanlah imlak itu, sebagian demi
sebagian, panjang pendeknya menurut keadaan murid-murid
·
Membacakan imlak itu hanya sekali saja,
supaya murid-murid mendengarkan baik-baik dan hati-hati
·
Guru hendaklah membacakan juga
tanda-tanda: koma, titik koma, titik, tanda tanya dan sebagainya. Serta
peringatkan pula awal baris atau baris baru
h) Guru
membaca acara imlak sekali lagi (kali yang ketiga), supaya dapat murid-murid
membetulkan kesalahannya
i) Mengumpulkan
buku tulis murid-murid dengan tenang dan teratur
4) Mengajarkan
imlak ujian (testing)
Metode
mengajarkan imlak ujian, sama dengan metode mengajarkan imlak yang didengar,
hanya perbedaannya membuang (d), yaitu mengeja kata-kata yang sulit.[12]
8. Metode
Anasyid
a.
Pengertian
Anasyid ialah
sya’ir-sya’ir yang mudah yang disusun menurut susunan yang tertentu dan
dibacakan dengan melagukan (menyanyikan) bersama-sama serta mempunyai tujuan
yang tertentu.
b.
Kepentingannya
Anasyid adalah
salah satu macam sastera yang disukai oleh murid-murid dan menarik hatinya.
Lagunya menambah semangat murid-murid, karena tiap-tiap murid merasa bahwa ia
unsur yang aktif bersama teman-temannya dalam menyanyikan lagu itu. Pengaruh
nyanyian bersama itu, menambah kegembiraan hati murid-murid, apa lagi jika di
adakan waktu pesta dan keramaian luar biasa.
c.
Tujuan
Anasyid
mempunyai tujuan pendidikan, akhlak dan bahasa:
1) Anasyid
adalah wasilah (jalan) untuk mengobati murid-murid yang malu dan takut
mengeluarkan suaranya seorang diri
2) Anasyid
membangkitkan kegembiraan hati murid-murid dan menambah kerajinannya,
menghilangkan kebosanannya, karena nyanyian yang merdu dan lagu yang
menggembirakan
3) Anasyid
berpengaruh besar untuk memperbaiki akhlak murid-murid dan menanamkan
sifat-sifat keutamaan dan semangat keagamaan
4) Anasyid
memperbaiki bacaan murid-murid sehingga mereka dapat mengeluarkan huruf dari
makhrajnya
5) Anasyid
menambah dan memperhalus bahasa murid-murid dan kesusastraannya
d.
Metode mengajarkan Anasyid
1) Pendahuluan
untuk menarik hati murid-murid ke acara anasyid
2) Guru
memperlihatkan anasyid yang tertulis di papan tulis
3) Guru
membaca anasyid tanpa lagu dan nyanyian
4) Guru
menyuruh setengah murid membaca anasyid, sehingga betul bacaannya
5) Guru
bertanya jawab dengan murid-murid tentang arti dan maksud anasyid, sehingga
mereka mengerti maksudnya
6) Kemudian
guru anasyid melatih murid-murid menyanyikan anasyid menurut mestinya.
Mula-mula guru sendiri menyanyikan, kemudian disuruh murid-murid mengikutinya.
Dengan berulang-ulang menyanyikan bersama-sama murid, akhirnya anasyid itu
hafal oleh mereka semuanya, tanpa merasa payah menghafalnya[13]
9. Metode
Nusus (Teks) Sastra
a.
Pengertian Nusus
Nusus ialah
menarik pelajar-pelajar supaya merasakan
lezatnya kesenian sastera, yaitu dengan mempelajari nusus secara mendalam, kritis
dan menganalisanya serta mengetahui dimana letak keindahan pikiran, khayalan,
perasaan dan susunan perkataannya.
b.
Tujuan Nusus
Tujuan-tujuan
nusus yaitu:
1) Supaya
pelajar-pelajar mengetahui keindahan seni sastera dalam perkataan,
pidato-pidato dan sya’ir-sya’ir ahli sastera
2) Membangkitkan
keinginan pelajar-pelajar untuk mempelajari sastera dan mendidik mereka supaya
merasakan lezat sastera
3) Supaya
pelajar-pelajar mengetahui keistimewaan bahasa dan perubahannya dari zaman ke
zaman
4) Supaya
pelajar-pelajar mengetahui penyair-penyair dan pujangga-pujangga dan
keistimewaan mereka masing-masing dalam kesusasteraan
5) Menumbuhkan
kecerdasan pelajar-pelajar dalam kesusasteraan dan memperkaya mereka dengan
kekayaan bahasa
6) Memberikan
kesempatan kepada pelajar-pelajar yang mempunyai bakat sastera untuk melahirkan
bakatnya dengan mencontoh dan meniru nusus-nusus yang dipelajarinya
c.
Metode Mengajarkan Nusus
1) Pendahuluan,
yaitu menyiapkan pelajar-pelajar ke acara nusus dan keterangan ringkas tentang
penyair dan pujangga yang punya nusus
2) Membaca
nusus (mula-mula guru, kemudian pelajar) sehingga betul bacaannya
3) Munaqasyah
umum (bersoal jawab) tentang isi dan maksud yang nyata dalam nusus
4) Menerangkan
nusus dengan terperinci, serta memperhatikan tempat-tempat keindahan sastera
5) Pelajar-pelajar
membaca nusus sekali lagi
6) Menganalisa
nusus kepada bagian-bagian yang asasi
7) Mengambil
kesimpulan dan keputusan tentang nusus itu
8) Memperhubungkan
antara nusus itu dengan nusus-nusus lain yang telah dipelajari untuk
menggambarkan sastera bagi penyair atau bagi masa yang tertentu[14]
10. Tarikh
(Sejarah) Sastera
a.
Pengertian
Tarikh sastera
ialah ilmu membahas bahasa dan sebab kemajuan atau kemundurannya dari masa
kemasa, karena faktor politik, kemasyarakatan, atau alam sekitarnya. Dan lagi
meriwayatkan kehidupan pujangga-pujangga dan hasil karya mereka dalam bahasa
dan kesusasteraan.
b.
Metode Mengajarkannya
1) Guru
memilih nusus dan mengajarkannya sebagaimana telah diterangkan pada metode
menerangkan nusus
2) Setelah
selesai mempelajari nusus, guru menghadapkan perhatian pelajar-pelajar kepada
hukum-hukum sastera atau keistimewaan yang dapat diambil dari nusus itu sebagai
hasil menganalisanya
3) Setelah
guru selesai mengajarkan kumpulan yang cukup dari beberapa nusus dalam satu
masa, maka guru mengumpulkan hukum-hukum yang bercerai yang diambil dari
beberapa nusus dalam satu karangan (kuliah). Kemudian guru membacakan dengan
teratur kepada pelajar-pelajar dalam satu pelajaran yang khusus. Selain
daripada itu guru dapat menambah hukum-hukum lain yang tidak tersebut dalam
nusus-nusus itu. Kemudian guru menerangkan kepada pelajar-pelajar sumber tempat
mengambilnya, supaya mereka membacanya[15]
C.
Teknik-Teknik Pengajaran Bahasa
Arab
Teknik adalah
pengaturan dan langkah-langkah prosedural yang digunakan untuk mencapai sasaran
proses pembelajaran itu sendiri.
Definisi lain
mengatakan “strategi dan praktek operasional yang terjadi dikelas (lapangan)
Maka jelas,
bahwa teknik itu adalah langkah operasional guru dalam kelas untuk mencapai
target tertentu
Dengan kata
prosedural, kita tahu bahwa teknik harus konsisten dengan metode dan approach,
prinsip-prinsipnya tidak boleh bertentangan atau tidak seiring dengan keduanya,
agar sasaran tercapai dengan tepat.
Sebagai contoh:
a. Pendekatan : Komunikatif
b. Metode : Aural-Oral
c. Teknik : Tanya Jawab
Yang termasuk
teknik mengajarkan seperti : induksi, deduksi, tanya jawab, diskusi,
menunjukkan benda kongkrit, dramatisasi, membaca bersuara (sebagai contoh),
pemberian tugas, ceramah dan sebagainya.[16]
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Pendekatan
(approach) adalah Suatu pernyataan pendirian, filsafat dan keyakinan. Approach
ialah sesuatu yang bersifat aksioma (jelas kebenarannya) yang diyakini,
walaupun kebenaran itu tidak mesti dapat dibuktikan. Kongkritnya, approach
dalam pengajaran bahasa terdiri dari serangkaian asumsi mengenai hakikat bahasa
dan pembelajarannya.
Metode adalah
“Prosedur atau rencana menyeluruh yang berhubungan dengan penyajian materi
pelajaran secara teratur dan serasi serta tidak saling bertentangan satu sama
lain berdasarkan suatu approach.”
Teknik adalah
pengaturan dan langkah-langkah prosedural yang digunakan untuk mencapai sasaran
proses pembelajaran itu sendiri. Yang termasuk teknik mengajarkan seperti :
induksi, deduksi, tanya jawab, diskusi, menunjukkan benda kongkrit,
dramatisasi, membaca bersuara (sebagai contoh), pemberian tugas, ceramah dan
sebagainya
DAFTAR PUSTAKA
Junus,Mahmud.
1975. Metodik Khusus Bahasa Arab. Jakarta: CV Al-Hidayah
Mansyur,
Moh, dkk. 1995. Materi Pokok Bahasa Arab I. Jakarta: Ditjen Binbaga
Islam
Bantulah.wordpress.com/2010/11/30/inovasipembelajaranbahasaarab
[1] Moh. Mansyur
dkk, Materi Pokok Bahasa Arab I, Ditjen Binbaga Islam, Jakarta, 1995,
hlm. 165
[2] Moh. Mansyur
dkk, Materi Pokok Bahasa Arab I, Ditjen Binbaga Islam, Jakarta, 1995,
hlm. 169
[3] Moh. Mansyur
dkk, Materi Pokok Bahasa Arab I, Ditjen Binbaga Islam, Jakarta, 1995,
hlm. 171
[4] Moh. Mansyur
dkk, Materi Pokok Bahasa Arab I, Ditjen Binbaga Islam, Jakarta, 1995,
hlm. 173
[5]
Bantulah.wordpress.com/2010/11/30/inovasipembelajaranbahasaarab
[6] Moh. Mansyur
dkk, Materi Pokok Bahasa Arab I, Ditjen Binbaga Islam, Jakarta, 1995,
hlm. 173
[7] Moh.
Mansyur dkk, Materi Pokok Bahasa Arab I, Ditjen Binbaga Islam, Jakarta,
1995, hlm. 175
[8]
Bantulah.wordpress.com/2010/11/30/inovasipembelajaranbahasaarab
[9] Moh. Mansyur
dkk, Materi Pokok Bahasa Arab I, Ditjen Binbaga Islam, Jakarta, 1995,
hlm. 179
[10]
Bantulah.wordpress.com/2010/11/30/inovasipembelajaranbahasaarab
[11] Moh. Mansyur
dkk, Materi Pokok Bahasa Arab I, Ditjen Binbaga Islam, Jakarta, 1995,
hlm. 180
[12] Mahmud Junus, Metodik
Khusus Bahasa Arab I, C.V. Al-Hidayah, Jakarta, 1975, hlm. 51
[13] Mahmud Junus, Metodik
Khusus Bahasa Arab I, C.V. Al-Hidayah, Jakarta, 1975, hlm. 92
[14] Mahmud Junus, Metodik
Khusus Bahasa Arab, C.V. Al-Hidayah, Jakarta, 1975, hlm. 99
[15] Mahmud Junus, Metodik
Khusus Bahasa Arab, C.V. Al-Hidayah, Jakarta, 1975, hlm. 101
[16] Moh. Mansyur
dkk, Materi Pokok Bahasa Arab I, Ditjen Binbaga Islam, Jakarta, 1995,
hlm. 170
Tidak ada komentar:
Posting Komentar