Jeffrey Lim
Taipei, Minggu, 4 Februari 2007
http://el-en.org/articles/71-ipa-lebih-tinggi-daripada-ips-benarkah-itu-.html
Di sekolah-sekolah Indonesia pada tahun 1990-an, bagian dari
bidang studi dibagi menjadi IPA dan IPS. IPA adalah Ilmu Pengetahuan Alam atau
Natural Science. IPS adalah Ilmu Pengetahuan Sosial atau Sosial Science. Pada
saat itu kita semua mendapatkan kesan dari opini publik bahwa IPA lebih tinggi
daripada IPS. Seorang siswa akan bangga bila masuk IPA karena masuk kelas
pilihan yang lebih sulit, sedangkan seorang siswa akan merasa malu kalau masuk
IPS karena termasuk anak-anak yang kesannya malas, bodoh dan suka hura-hura.
Inilah kesan yang didapat dari sekolah pada masa itu. IPA itu tidak banyak
hafalan dan hanya pakai logika sedangkan IPS banyak hafalan dan harus mengingat
banyak teori. Bagi orang IPS, tidak apa-apa tidak mengerti teorinya sebab di
Indonesia yang penting adalah menghafal saja. Pendidikan di Indonesia,
seseorang terdidik untuk menghafal banyak hal termasuk hal-hal yang tidak
perlu. Opini publik pada saat itu adalah bila seseorang masuk IPA maka prospek
kehidupannya lebih cerah. Bila masuk IPS, akan suram. Yang termasuk di dalam
jurusan IPA adalah teknik, komputer, matematika, biologi, fisika, kedokteran,
dan lain-lain. Sedangkan yang termasuk di dalam jurusan IPS adalah sastra,
sosiologi, filsafat, hukum, bahasa, seni, dan lain-lain. Di Indonesia, siswa
IPA bisa masuk IPS tetapi yang IPS tidak bisa masuk IPA.
Tetapi bila kita renungkan lebih dalam, apakah IPA itu
benar-benar lebih tinggi daripada IPS? Benarkah IPA lebih sukses daripada IPS?
Tujuan artikel ini bukan untuk membandingkan mana yang lebih tinggi antara IPA
dan IPS sebab semua ilmu berasal dari yang Mahakuasa dan sama baik. IPA sama
baik dengan IPS. Kemudian pembagian IPA dan IPS juga sebenarnya membagi wilayah
ilmu pengetahuan menjadi dua wilayah yang terpisah. Sebenarnya ilmu pengetahuan
adalah integrasi menjadi satu kebenaran yang utuh. Tujuan artikel ini adalah
membahas kesalahan di masa lalu yang menganggap IPA lebih unggul dan untuk
menjelaskan pentingnya IPS di zaman sekarang ini. Akan dijelaskan juga bahwa
kebenaran itu utuh, sehingga ilmu pengetahuan jangan dibagi ekstrim menjadi dua
wilayah dimana kedua-duanya terpisah secara mutlak. Tidak ada yang lebih tinggi
atau rendah. Baik IPA maupun IPS, semuanya adalah baik dan suci adanya.
Pertama-tama, darimana datangnya opini bahwa IPA itu lebih
unggul ? Saya berpendapat adalah karena secara umum memang IPA itu membutuhkan
logika yang kuat karena bergerak di bidang teknik dan karena itu kebanyakan
orang yang mempunyai IQ serta kemampuan matematika sebagian besar
masuk IPA. Sebenarnya IPS juga membutuhkan logika. IPS seperti filsafat yang
membutuhkan logika bahkan mempengaruhi IPA. Tetapi opini publik
yaitu siswa yang masuk IPA adalah yang mempunyai IQ tinggi. Kemudian
mengapa IPS dianggap jurusan yang lebih rendah ? Saya berpendapat, karena
sebagian besar orang-orang yang masuk IPS lebih suka bergaul dan
bersosialisasi. Mereka cenderung suka bermain. Suka bergaul mempunyai efek,
yaitu dapat terpengaruh lingkungan sehingga kelihatannya anak-anak IPS itu
anak-anak nakal atau malas. Realita zaman itu secara generalisasi juga
berbicara bahwa anak-anak IPS kelihatan lebih “nakal” dan anak-anak IPA lebih
“alim”. Tetapi kenyataan ini tidak bisa menjadikan satu kesimpulan bahwa IPS
lebih bodoh dan lebih malas. Banyak anak IPS yang juga pandai bahkan definisi
pandai juga tidak bisa hanya dibatasi pada IQ saja sebab di zaman ini ada
istilah EQ juga ( Emotional Quotient ). Di zaman lalu yang dianggap bisa sukses
adalah yang memiliki IQ tinggi. Di zaman sesudahnya, yang dianggap bisa
sukses adalah yang memiliki EQ tinggi. Walaupun di zaman sekarang yang dianggap
bisa sukses adalah yang memiliki SQ(Spiritual Quotient) tinggi.
Mengapa di Indonesia pada zaman 1990-an IPA dianggap
lebih penting daripada IPS? Saya menganalisa karena di Indonesia mulai masuk
zaman modern. Sebenarnya perkembangan zaman itu bergerak dari zaman primodern
kemudian modern dan postmodern. Di zaman primodern adalah zaman sebelum
teknologi dan penemuan-penemuan ilmiah. Pada zaman ini, kebanyakan masyarakat
memiliki pandangan yang bersifat mitos. Kepercayaan animisme dan dinamisme
masih banyak. Masyarakat juga banyak bergerak di bidang agraris atau pertanian.
Kemudian setelah datangnya pandangan mengenai ilmu pengetahuan dan teknologi,
masyarat mulai masuk ke zaman modern. Pada zaman modern ini, semuanya mulai
memakai rasio (IQ). Pada zaman modern ini, masyarakat mementingkan teknologi
dan ilmu pengetahuan. Mesin-mesin dan pabrik-pabrik mulai banyak bermunculan.
Masyarakat juga mulai bergerak di bidang industri. Bila kita mengingat modern
maka kita harus mengingat abad pencerahan yang merupakan awal yang
mengakibatkan zaman modern. Dan akhirnya di dunia Barat, zaman sudah bergeser
ke zaman postmodern yaitu zaman setelah modern. Zaman ini adalah zaman yang
dimulai dengan kekecewaan kepada modern yang mengagungkan teknologi dan ilmu
pengetahuan tetapi ternyata banyak membawa kepada masalah sosial. Di zaman
postmodern, yang banyak dipentingkan adalah masalah-masalah sosial dan
kemanusiaan. Karena Indonesia adalah negara berkembang yang mulai memasuki
modern maka yang banyak dipentingkan adalah : a. IQ, b. Ilmu Pengetahuan
Alam, c. Industri, d. Teknik. Karena itu IPA rasanya lebih cocok dan dibutuhkan
pada masa itu. Menurut pandangan saya, inilah alasan masyarakat yang menganggap
IPA lebih penting.
Pada saat itu di Indonesia, jurusan hukum kurang diminati
orang, tetapi di negara maju seperti Amerika, Australia, jurusan hukum adalah
salah satu jurusan yang paling top. Mengapa ? Sebab di dalam Negara yang maju,
ilmu mengenai sosial dan kemanusiaan sangat penting. IPS adalah ilmu yang
penting. Bahkan bahasa yang banyak dianggap sebagai jurusan yang tidak penting
di Indonesia pada zaman dulu, sekarang bisa dianggap penting karena di dalam
dunia globalisasi harus banyak berkomunikasi dengan banyak orang. Kalau kita
selidiki lebih jauh, IPS merangsang IPA. IPS dan IPA ini saling berkaitan,
karena itu tidak bisa menganggap IPS lebih inferior.
Kesimpulan saya adalah bahwa IPS adalah ilmu yang penting
sekali, apalagi di dalam konteks zaman sekarang. IPS bukanlah ilmu yang tak
berguna. IPS penting karena berkaitan dengan kemanusiaan dan kita adalah
manusia, sedangkan IPA banyak berkaitan dengan alam. Alam dan manusia tentulah manusia
yang lebih penting. Tetapi maksud saya bukan berarti IPS lebih tinggi dari IPA
juga. Memang ada opini publik juga yang mengatakan bahwa orang-orang IPA yang
pintar pada akhirnya akan dibayar oleh orang IPS yang bisa menggunakan
orang-orang IPA tersebut. Orang-orang IPS yang akhirnya menjadi manager-manager
yang mengaji orang IPA. Tetapi sesungguhnya pandangan ini juga bisa
mengakibatkan kita menilai bahwa IPA lebih rendah daripada IPS. Ini tidak
benar. Semua ilmu tidak ada yang lebih tinggi atau lebih rendah. Semua ilmu
adalah totalitas dan integrasi yang ada dalam diri manusia. Semua ilmu dari
Tuhan dan yang berasal dari Tuhan adalah baik adanya. Ilmu berasal dari LOGOS
atau Firman Tuhan. Ilmu adalah baik dan digunakan untuk kemuliaan Sang Pencipta
dan untuk kepentingan manusia.
Jangan memandang rendah IPS. IPS itu penting apalagi di
zaman sekarang dan jangan memandang rendah IPA. Semua ilmu adalah baik. Semua
pekerjaan juga baik. Pekerjaan itu mulia, baik pekerjaan IPA atau IPS. (kecuali
pekerja narkoba, penjual perempuan, teroris dan pekerjaan yang jahat lainnya).
Pekerjaan itu mulia karena untuk kemuliaan Pencipta kita.
Komentar
Saya setuju dengan artikel dari Jeffrey
Lim yang membahas kesalahan di masa lalu yang menganggap IPA lebih unggul daripada
IPS dan penjelasan pentingnya IPS di zaman sekarang ini, juga tidak ada
perbedaan ilmu yang lebih tinggi dan rendah (antara IPA dan IPS).
Menurut saya, memang terdapat perbedaan
antara IPA dan IPS, misalnya IPA banyak berhubungan dengan teknologi, berhitung
dan mengamati fenomena alam. IPA mempelajari ilmu pasti dan alam (eksakta).
Menggunakan metode ilmiah yang mengutamakan percobaan-percobaan dan tes yang
penuh logika. Jawaban dari soal adalah pasti dan tidak boleh diganggu gugat.
Sedangkan IPS banyak berhubungan dengan masyarakat. IPS mempelajari segala
sesuatu yang berhubungan dengan masyarakat. Mulai dari sosiologi, geografi,
ekonomi, akuntansi dan sejarah. Pelajaran-pelajaran ini terus berkembang
mengikuti perkembangan zaman.
Banyak peserta didik bingung untuk
memilih IPA atau IPS. Memang penjurusan IPA dan IPS tujuan awalnya adalah
memilih peserta didik yang berbakat dibidangnya, sehingga peserta didik dapat
lebih terarah dalam belajar dan dalam pemilihan jurusan sewaktu kuliah,
sehingga menghasilkan generasi yang kompeten di bidangnya.
Lalu seiring waktu berjalan, masyarakat
dan pelajar mulai mengkotak-kotakkan jurusan tersebut. Kenyataan bahwa sampai saat
ini, banyak anggapan orang-orang bahwa IPA derajatnya lebih tinggi daripada
IPS. Anggapan ini seakan-akan menindas peserta didik IPS adalah peserta didik
yang kurang pandai. Dan banyak pula yang beranggapan bahwa IPS cuma jurusan untuk
“buangan” peserta didik yang tidak diterima di jurusan IPA.
Dengan munculnya sugesti seperti itu,
masayarakat awam mulai terpengaruh, sehingga IPS semakin dihindari. Kesetaraan
yang seharusnya ada pada antara IPA dan IPS malah terlihat kesenjangan
diantaranya. IPA selalu terlihat lebih dibanggakan ketimbang IPS.
Pendidikan di Indonesia memang masih
membingungkan, di satu sisi kita harus menjalankan sistem yang sudah ada, di
sisi lain sistem tersebut ternyata menimbulkan kontroversi di dalam dunia
pendidikan itu sendiri, salah satunya penjurusan IPA dan IPS. Tujuan awal yang
ingin dicapai yaitu menjadikan pendidikan peserta didik lebih terarah malah
menyebabkan pengkotak-kotakan jurusan menjadi jurusan yang baik dan jurusan
yang buruk.
Maka, menurut saya sudah selayaknya
badan resmi yang mengatur pendidikan untuk melakukan resosialisasi atau
penyosialisasian ulang mengenai jurusan-jurasan tersebut, dimana perlu disertai
dengan desosialisasi (proses pencabutan dari apa yang telah dimiliki oleh
individu seperti nilai dan norma) terlebih dahulu. Nilai dalam masalah ini
adalah pengkotak-kotakan jurusan, sedangkan normanya merupakan sesuatu yang
tidak tertulis berupa anggapan bahwa jurusan IPA lebih di unggulkan daripada
jurusan IPS.
Tujuan desosialisasi yaitu “mencabut”
nilai dan norma lama dengan nilai dan norma yang baru. Nilai baru dapat berupa
tidak adanya pengkotak-kotakan jurusan. Sedangkan norma baru dapat berupa
anggapan bahwa tidak ada jurusan yang lebih baik, semuanya baik, tergantung
dari niat, kemampuan, dan usaha dari peserta didik untuk mengikuti jurusan yang
dikehendakinya.
Memang perlu adanya usaha dari semua
pihak di bidang pendidikan dan masyarakat terutama orang tua peserta didik
untuk mendukung proses perubahan ini. Namun seiring berjalannya waktu, saya
yakin bahwa proses perubahan ini dapat terwujud jika pihak-pihak yang terlibat
tetap konsisten terhadap penanganan masalah ini. Masalah IPA dan IPS akan
menjadi dilema yang terus menghantui peserta didik, sehingga dapat mempengaruhi
perkembangan psikologis peserta didik. Maka sebagai guru kita harus melakukan
perubahan terhadap masalah ini.
Kesuksesan bukan ditinjau dari
pemilihan IPA dan IPS, namun ditinjau dari niat, minat dan kemampuan dari peserta
didik tersebut untuk belajar, sehingga bukan IPA saja yang akan sukses tapi IPS
pun dapat berpotensi untuk sukses.
Maka, sebaiknya kita jangan merendahkan
IPS, karena memang IPS sangat penting apalagi pada zaman sekarang ini. Banyak
lulusan IPS menjadi orang sukses pada zaman sekarang ini..Tapi bukan berarti
kita merendahkan IPA. IPA dan IPS sama tergantung dari individu masing-masing.
Karena pada dasarnya IPA dan IPS itu baik, tinggal bagaimana kita menjalaninya
dan menerapkannya dalam masyarakat. Karena tujuan kita belajar adalah
menerapkan ilmu dan kemampuan kita dibidangnya untuk masyarakat.
Jadi, kita tidak perlu membandingkan
antara IPA dan IPS. Sebagai guru, kita dapat memfasilitasi dan memotivasi
peserta didik untuk mengembangkan diri terus menerus sejak dini. Mengembangkan
potensi yang dimiliki oleh setiap individu masing-masing dan memberikan
semangat terhadap peserta didik untuk belajar sejak dini. Sebagai guru, kita
harus membimbing agar tidak ada lagi perbedaan antara IPA dan IPS. IPA dan IPS
itu sama, karena semua ilmu itu baik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar