BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Di era reformasi ilmu pengetahuan dan teknologi,
perbaikan kegiatan belajar dan mengajar harus diupayakan secara maksimal agar
mutu pendidikan meningkat. Seorang guru harus berpikir bagaimana cara mengatasi
prestasi siswanya yang rendah. Untuk itu perlu diterapkannya melalui
penelitian. Jenis penelitian yang sering digunakan guru dalam mengatasi masalah
pembelajaran adalah penelitian tindakan kelas dan penelitiann eksperimen. Jenis
pendekatan penelitian yang paling tepat untuk merealisasi kegiatan guru dalam
membandingkan dua metode pembelajaran terhadap hasil belajar adalah melalui
penelitian eksperimen. Eksperimen merupakan salah satu metode
penelitian yang dapat dipilih dan digunakan dalam penelitian tindakan kelas (PTK).
B.
Rumusan Masalah
Berdasarkan dari latar belakang masalah di atas, maka
rumusan masalahnya yaitu:
1.
Apa
pengertian PTK eksperimen?
2.
Bagaimana
karakteristik PTK eksperimen?
3.
Bagaimana
proses PTK eksperimen?
4.
Apa
tujuan dan manfaat PTK Eksperimen?
5.
Bagaimana
rancangan PTK eksperimen?
6.
Apa
saja faktor yang perlu di kontrol sebelum eksperimen?
7.
Apa
kesesatan dalam eksperimen?
C.
Tujuan
Adapun tujuan yang ingin dicapai yaitu:
1.
Untuk
mengetahui dan memahami pengertian PTK Eksperimen
2.
Untuk
mengetahui dan memahami karakteristik PTK Eksperimen
3.
Untuk
mengetahui dan memahami proses PTK Eksperimen
4.
Untuk
mengetahui dan memahami manfaat PTK eksperimen
5.
Untuk
mengetahui dan rancangan PTK eksperimen
6.
Untuk
mengetahui faktor yang perlu dikontrol sebelum eksperimen
7.
Untuk
mengetahui kesesatan dalam eksperimen
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
PTK Eksperimen
Munculnya kesadaran pada diri guru bahwa praktik
yang dilakukannya selama di kelas mempunyai masalah yang perlu diselesaikan dan
adanya sesuatu yang perlu di perbaiki dalam praktik pembelajarannya, maka dalam
hal ini guru perlu melakukan sebuah penelitian untuk mencari sebuah jawaban
dari masalah yang dihadapinya. Penelitian tindakan kelas merupakan satu penelitian yang mempunyai berbagai aturan dan langkah
yang harus diikuti dan dapat dilakukan untuk meningkatkan efektivitas dalam
pembelajaran, seperti metode mengajar, pemberian tugas kepada siswa, penilaian,
dan sebagainya. Penelitian tindakan kelas merupakan terjemahan dari Classroom Action Research, yaitu sebuah
action atau tindakan yang dilakukan di kelas[1].
Penelitian inilah yang dikenal dengan PTK
(Penelitian Tindakan Kelas). Penelitian tersebut muncul karena adanya kesadaran
pelaku kegiatan yang merasa tidak puas dengan hasil kerjanya. Pelaku yang
bersangkutan mencoba menyempurnakan pekerjaannya dengan cara melakukan
percobaan secara berulang-ulang, prosesnya diamati dengan sungguh-sungguh
sampai mendapatkan hasil yang lebih baik dari semula[2].
Bertolak dari uraian diatas, Penelitian tindakan
kelas terdiri dari tiga kata yang dapat dipahami, yaitu :
a. Penelitian
: kegiatan mencermati suatu objek, menggunakan
aturan metodologi tertentu untuk memperoleh data atau informasi yang
bermanfaat untuk meningkatkan mutu suatu hal yang meenarik minat dan penting
bagi peneliti. Sedangkan menurut Kerlinger (1986) penelitian adalah suatu
proses penemuan yang mempunyai karakteristik sistematis, terkontrol, empiris,
dan mendasarkan pada teori dan hipotesis atau jawaban sementara[3].
b. Tidakan
: sesuatu gerak kegiatan yang sengaja dilakukan dengan tujuan tertentu, yang
dalam penelitian ini berbentuk rangkaian siklus kegiatan.
c. Kelas
: sekelompok siswa yang dalam waktu yang sama menerima pelajaran yang sama dari
seorang guru. Atau dapat juga difahami dengan ruangan tempat guru mengajar.
Kelas bukan wujud ruangan tetapi sekelompok peserta didik yang sedang belajar.
Dengan
menggabungkan batasan pengertian tiga kata tersebut, maka dapat disimpulkan
bahwa penelitian tindakan kelas merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan
yang sengaja dimunculkan, dan terjadi dalam sebuah kelas[4].
Dalam buku lain juga disebutkan tentang pengertian penelitian tindakan kelas
adalah suatu penelitian yang dilakukan oleh guru didalam kelasnya sendiri melalui
refleksi diri, dengan tujuan untuk memperbaiki kinerjanya sebagai guru,
sehingga hasil belajar siswa menjadi lebih meningkat[5].
Ada
beberapa model yang dapat digunakan untuk penelitian tindakan kelas, salah
satunya yaitu model yang dikembangkan oleh Kurt Lewin yang didasarkan atas
konsep pokok bahwa penelitian tindakan kelas terdiri dari empat komponen pokok
yang juga menunjukkan langkah, yaitu[6] :
a.
Perencanaan atau planning
b.
Tindakan atau acting
c.
Pengamatan atau observing, dan
d.
Refleksi atau reflecting
Penelitian eksperimen merupakan inti dari model
penelitian tindakan kelas yang ada. Eksperimen merupakan salah satu metode
penelitian yang dapat dipilih dan digunakan dalam penelitian pembelajaran pada
latar kelas (PTK). Penelitian
eksperimental dapat diartikan sebagai sebuah studi yang objektif,
sistematis, dan terkontrol untuk memprediksi atau mengontrol fenomena.
Penelitian eksperimen bertujuan untuk menyelidiki hubungan sebab akibat dengan
cara mengekspos satu arah atau lebih kelompok eksperimental dan satu atau lebih
kondisi eksperimen. Kemudian hasilnya dibandingkan denggan satu atau lebih
kelompok control yang tidak dikenai perlakuan (Danim,2002)[7].
Dalam
penelitian eksperimen para peneliti melakukan tiga persyaratan dari suatu
bentuk penelitan. Ketiga persyaratan tersebut yaitu kegiatan mengontrol,
memanipulasi, dan mengobservasi. Dalam kegiatan eksperimen ini, peneliti juga
harus membagi objek atau subjek yang diteliti menjadi dua grup, yaitu grup
treatment (yang memperoleh perlakuan) dan grup control yang tidak memperoleh
perlakuan. Dalam penelitian eksperimen, peneliti sudah melakukan kegiatan
mengontrol maka hasil penelitian tersebut dapat menentukan hubungan kausal atau
sebab akibat. Penelitian eksperimen juga diharuskan menggunakan hipotesis dan
melalui pengamatan[8].
Penelitian eksperimen sifatnya “ketat” dalam arti
bahwa desainnya harus mantap, dan tidak berubah selama penelitian berlangsung.
Penelitian eksperimen dimaksudkan untuk mengetes dampak perlakuan. Penelitian
ini berkembang dengan pesat karena dapat dikatakan penelitiannya “tidak kaku”,
tetapi sebaliknya justru menuntut adanya perkembangan. Penelitian yang dimaksud
adalah penelitian tindakan. Penelitian tindakan ini dapat dimasukkan dalam
kelompok penelitian eksperimen dengan ciri yang khusus. Jika dalam penelitian eksperimen ini peneliti
sekedar ingin mengetahui akibat dari perlakuan, tindakan, atau sesuatu yang
dilakukan. Sedangkan dalam penelitian
tindakan, peneliti mencermati
betul-betul selama proses dan akibat dari tindakan tersebut, sehingga
memperoleh informasi yang mantap tentang dampak perlakuan yang dibuat.
Penelitian tindakan adalah penelitian eksperimen
berulang dan berkelanjutan, karena bertujuan untuk mengetahui dampak dari suatu
perlakuan yaitu mencobakan sesuatu, lalu dicermati akibat dari perlakuan
tersebut. Penelitian tindakan termasuk kualitatif, karena menggali informasi
secara rinci[9].
Di bidang pendidikan, ada dua alasan mengapa
penelitian eksperimen cocok dilakukan. Pertama,
karena metode pengajarannya yang lebih tepat di setting secara alami dan
dikomparasikan di dalam keadaan yang tidak bias. Kedua, penelitian dasar dengan tujuan menurunkan prinsip-prinsip umum
teoritis ke dalam ilmu terapan sesuai dengan permasalahan yang dihadapi oleh
para penyelenggara sekolah[10].
B.
Karakteristik
PTK Eksperimen
Dalam penelitian eksperimen variable-variabel yang
ada termasuk variable bebas (independent variable) dan variable terikat
(dependent variable) sudah ditentukan secara tegas oleh para peneliti sejak
awal penelitian. Variable bebas
biasanya merupakan variable yang dimanipulasi secara sistematis. Dibidang
pendidikan yang diidentifikasi sebagai variable bebas diantaranya metode
mengajar, macam-macam penguatan, frekuensi penguatan, sarana prasarana
pendidikan, lingkungan belajar, jumlah kelompok belajar, dan sebagainya. Variable terikat merupakan variable yang
diukur sebagai akibat adanya manipulasi pada variable bebas. Hal ini
dikarenakan fungsi variable terikat bergantung dari variable bebas. Contohnya
hasil belajar siswa, kesiapan belajar siswa, kemandirian siswa, dan sebagainya[11].
Menurut (Ary, 1985) penelitian eksperimen pada
umumnya mempunyai tiga karakteristik penting, yaitu :
a. Variable
bebas yang dimanipulasi
b. Variable
lain yang mungkin berpengaruh dikontrol agar tetap konstan
c. Efek
atau pengaruh manipulasi variable bebas dan variable terikat diamati secara
langsung oleh peneliti
1.
Memanipulasi
Karakteristik pertama yang selalu ada dalam
penelitian eksperimen adalah adanya tindakan manipulasi variable yang secara
terencana dilakukan oleh si peneliti. Yang dimaksud manipulasi yaitu tindakan
atau perlakuan yang dilakukan oleh seorang peneliti atas dasar pertimbangan ilmiah
yang dapat dipertanggung jawabkan secara terbuka guna memperoleh perbedaan efek
dalam variable terikat.
2.
Mengontrol
Variabel
Karakteristik kedua yang selalu ada dalam penelitian
eksperimen yaitu adanya control yang sengaja dilakukan oleh peneliti terhadap
variable atau ubahan yang ada. Mengontrol merupakan usaha peneliti untuk
memindahkan pengaruh variable lain pada variable terikat yang mungkin
mempengaruhi penampilan variable tersebut. Kegiatan mengontrol suatu variable
atau subjek dalam Penelitian eksperimen memiliki peranan penting, karena tanpa
melakukan control ksecara sistematis, seorang peneliti tidak munggkin dapat
melakukan evaluasi dengan melakukan pengukuran secara cermat terhadap variable
terikat. Dalam pelaksanaannya kelompok eksperimen dan kelompok control
sebaiknya diatur secara intensif sehingga kedua variable mempunya karakteristik
sama.
3.
Melakukan
Observasi
Karakteristik
ketiga dalam suatu penelitian eksperimen adalah adanya tindakan observasi yang
dilakukan oleh peneliti selama proses eksperimen berlangsung. Selama proses,
peneliti melakukan observasi terhadap dua kelompok tersebut. Tujuan dari
observasi yaitu untuk melihat dan mencatat fenomena apa yang muncul yang
memungkinkan terjadinya perbedaan diantara kedua kelompok. Dalam pelaksanaanya
peneliti dianjurkan untuk melakukan pengamatan pada variable terikat, yaitu
variable yang biasanya menerima akibat dari terjadinya perubahan secara
sistematis dalam variable bebas[12].
C.
Proses
PTK
Eksperimen
Langkah penelitian eksperimen pada prinsipnya sama
dengan jenis penelitian lainnya. Yang secara eksplisit dapat dilihat sebagai
berikut :
1. Melakukan
kajian secara induktif yang berkaitan erat dengan permasalahan yang hendak
dipecahkan.
2. Mengidentifikasi
permasalahan.
3. Melakukan
studi literature dari beberapa sumber yang relevan, memformulasikan hipotesis
penelitian, menentukan definisi operasional dan variable.
4. Membuat
rencana penelitian yang didalamnya mencakup kegiatan :
a. Mengidentifikasi
variable luar yang tidak diperlukan, tetapi memungkinkan terjadinya kontaminasi
proses eksperimen.
b. Menentukan
cara untuk mengontrol mereka
c. Memilih
desain riset yang tepat
d. Menentukan
populasi, memilih sampel yang mewakili dan memilih sejumlah subjek penelitian
e. Membagi
subjek ke dalam kelompok control maupun kelompok eksperimen
f. Membuat
instrument yang sesuai, memvalidasi instrument dan melakukan pilot study agar
memperoleh instrument yang memenuhi persyaratan untuk mengambil data yang
diperlukan.
g. Mengidentifikasi
prosedur pengumpulan data, dan menentukan hipotesis.
5. Melakukan
eksperimen.
6. Mengumpilkan
data kasar dari proses eksperimen
7. Mengorganisasi
dan mendeskripsikan data sesuai dengan variable yang telah ditentukan
8. Melakukan
analisis data dengan teknik statistika yang relevan.
9.
Membuat laporan penelitian eksperimen.
Pada
kondisi yang sama, (Gay, 1982: 201) dalam penelitian eksperimen menekankan
perlu adanya langkah-langkah penting seperti berikut :
a. Adanya
permasalahan yang signifikan untuk diteliti
b. Pemilihan
subjek yang cukup untuk dibagi dalam kelompok eksperimen dan kelompok control.
c. Pembuatan
atau pengembangan instrument
d. Pemilihan
desain penelitian
e. Eksekusi
prosedur
f. Melakukan
analisis data
g.
Memformulasikan kesimpulan.
Dalam
penelitian eksperimen peneliti diharuskan menyusun variabel-variabel minimal
satu hipotesis yang menyatakan harapan hubungan sebab akibat diantara
variabel-variabel yang terjadi[13].
D.
Tujuan
dan Manfaat PTK Eksperimen
Adapun
tujuan penelitian tindakan kelas eksperimen adalah:
1.
Memperoleh
informasi baru
2.
Menerangkan
dan memprediksi suatu ubahan/ variabel[14]
3.
Meneliti
pengaruh dari suatu perlakuan tertentu terhadap gejala suatu kelompok tertentu
dibanding dengan kelompok lain yang menggunakan kelompok lain yang menggunakan
perlakuan yang berbeda.[15]
Berikut ini manfaat
dari penelitian tindakan kelas eksperimen, yaitu:
1.
Menguji
hipotesis dengan melakukan kontrol terhadap kondisi penelitian
2.
Mengembangkan
teori, kemudian melakukan pengujian di kelas
3.
Memperbaiki
teori-teori serta temuan-temuan penelitian
4.
Meneliti
melalui jalan pintas
5.
Memudahkan
replikasi karena kondisi yang dipelajari benar-benar spesifik[16]
E.
Rancangan PTK Eksperimen
Rancangan
yang akan diterapkan dalam penelitian eksperimen meliputi: pra-eksperimental,
eksperimen murni, dan eksperimen kuasi
1.
Rancangan Pra-Eksperimental
Rancangan pra-eksperirnental yang
sederhana ini berguna untuk mendapatkan informasi awal terhadap pertanyaan pada
penelitian. Ada tiga hal yang lazim digunakan pada rancangan pra-eksperimental,
yaitu:
a. Studi
kasus bentuk tunggal (one-shot case study)
b. Tes
awal – tes akhir kelompok tunggal (the one group pretest posttest)
c. Perbandingan
kelompok statis (the static group comparison design)
2.
Rancangan Eksperimen Murni
Rancangan eksperimen murni ini
mempunyai tiga karakteristik, yaitu:
a. Adanya
kelompok control
b. Siswa
ditarik secara ramdom dan ditandai untuk masing-masing kelompok
c. Sebuah
tes awal diberikan untuk mengetahui perbedaan antar kelompok.
Dua rancangan
eksperimen secara garis besar dijelaskan sebagai berikut:
a. Rancangan
secara acak dengan tes akhir dan kelompok kontrol (the randomized posttest only control group design)
b. Rancangan
secara acak dengan tes awal dan tes akhir dengan kelompok kontrol (the randomized pretest-posttest control
group design)
c. Empat
kelompok solomon (the randomized solomon four group design)
d. Rancangan
secara acak dengan pemasangan subjek melalui tes tes akhir dan kelompok kontrol (the randomized
posttest – only control group design)
e. Rancangan
secara acak dengan pemasangan subjek melalui tes awal-tes akhir dan kelompok
kontrol (the randomized pretest – posttest cont rot group design, using)
3. Rancangan Eksperimen Kuasi/Semu (Quasi—Experimental Design)
Rancangan
eksperimental kuasi ini memiliki kesepakatan praktis antara eksperimen
kebenaran dan sikap asih manusia terhadap bahasa yang ingin kita teliti.
Beberapa rancangan eksperimen kuasi (eksperimen semu), yaitu:
a.
Rancangan dengan pemasangan subjek
melalui tes akhir dan kelompok kontrol (the randomized posttest – only control
group design, using matched subject)
b.
Rancangan dengan pem[17]asangan
subjek melalui tes awal-tes akhir dan kelompok
c.
Kontrol (the randomnized posttest
– only control group design, using matched subject)
d.
Rancangan tiga perlakuan dengan
pengaruh imbangan (a three treatment counter balanced, using matched subject)
e.
Rancangan rangkaian waktu (a basic
time-series design)
f.
Rancangan faktorial (factorial
design)[18]
F.
Faktor Yang Perlu Dikontrol
Sebelum
eksperimen dilaksanakan ada berbagai faktor, variabel, serta kondisi apa saja
yang berkaitan dengan kegiatan eksperimen yang perlu diperhatikan. Hal ini
untuk mengantisipasi adanya perbedaan sesudah eksperimen itu benar-benar
disebabkan oleh metode bukan karena faktor lain. Faktor-faktor yang perlu
diperhatikan antara lain sebagai berikut:
1.
Latar belakang kebudayaan
Pelajar
yang mempunyai kebudayaan yang berbeda besar kemungkinan mempunyai sifat dan
kebiasaan yang berbeda pula. Untuk itu perlu diperhatikan agar adanya perbedaan
bukan karena faktor ini tetapi faktor metode mengajarnya. Ada siswa yang setiap
hari selalu belajar bersama dengan kakak-kakaknya, mengikuti pelajaran tambahan
setiap sore dan sebagainya.
2.
Dasar matematika
Sebelum
eksperimen dimulai siswa masing-masing kelas/ kelompok perlu diseimbangkan agar
tidak terjadi salah satu kelas terdiri atas siswa yang pandai-pandai, sedang
kelas lainnya terdiri atas siswa yang sedang dan kurang pandai. Sehingga adanya
perbedaan hasil akhir eksperimen bukan oleh disebabkan oleh metode mengajar
tetapi oleh kondisi siswa yang berbeda.
3.
Ruangan Kelas
Ruangan
kelas kedua calon kelompok eksperimen dan kontrol itu harus dibuat sedemikian
sehingga tidak ada perbedaan kebisingan, kepengapan karena ventilasi yang
kurang, tata ruang dan tata cahaya.
4.
Waktu belajar
Perlu
diperhatikan waktu berlangsungnya jam pelajaran, tidak diperkenankan kelompok
eksperimen (E) masuk pagi kelompok control (K) masuk sore atau sebaliknya. Jika
kelas E masuk pagi, kelas K harus masuk pagi, kalau kelas E masuk jam 8.00
kelas K tidak boleh jam 12.00, sehingga hasil eksperimen dikotori oleh faktor
masuk sekolah. Selain itu, jumlah jam kedua kelas/ kelompok harus sama.
5.
Cara Mengajar
Metode-metode
yang akan dicobakan harus ditetapkan dan dirancang lebih dahulu serta
dijalankan secara tertib dan benar. Cara guru mengajar harus sesuai dengan pola
yang ditetapkan dalam desain eksperimen yang dipersiapkan.
6.
Guru/ Pengajar
Latar
belakang pendidikan, serta pengalaman mengajar diupayakan mempunyai tingkat,
level atau derajat yang seimbang. Demikian tingkat kedisiplinan maupun
kemampuannya.
7.
Lain-lain
Walaupun
peneliti sudah berupaya mengendalikan variabel non eksperimen agar tidak
mempengaruhi hasil ekperimen, namun sering dijumpai adanya kejadian yang sulit
dikontrol dan diprediksi, misalnya tiba-tiba dijumpai adanya siswa yang suka
mengganggu jalannya pelajaran, sehingga mempengaruhi temannya untuk tidak
disiplin, atau terganggu konsentrasinya akibat ulah satu atau beberapa
temannya. Dapat terjadi pula adanya pemberian bimbingan belajar di luar jam
pelajaran, baik oleh anggota keluarga atau yang lain. Perlu disadari bahwa
sebenarnya banyak sekali faktor yang mungkin dapat berpengaruh terhadap
eksperimen. Oleh karena itu, peneliti eksperimen perlu hati-hati pada setiap
langkah agar selalu memperhatikan adanya kemungkinan timbulnya kesesatan dan
ada upaya untuk mengendalikan.[19]
G.
Kesesatan Dalam PTK
Eksperimen
Segala
sesuatu yang berkaitan dengan kondisi, keadaan, faktor, perlakuan atau tindakan
yang diperkirakan dapat mempengaruhi hasil eksperimen disebut variabel. Dalam
eksperiemen selalu dibedakan adanya variabel-variabel yang berkaitan secara
langsung diberlakukan untuk mengetahui suatu keadaan tertentu dan diharapkan
mendapatkan dampak/ akibat dari eksperimen sering disebut variabel
eksperimental atau treatment variable,
dan variabel yang tidak dengan sengaja dilakukan tetapi dapat mempengaruhi
hasil eksperimen disebut variabel noneksperimental. Variabel eksperimental
adalah kondisi yang hendak diteliti bagaimana pengaruhnya terhadap suatu
gejala. Untuk mengetahui pengaruh variabel itu, kedua kelompok, yaitu kelompok
eksperimental dan kontrol dikenakan variabel eksperimenyang berbeda (misalnya
metode pemecahan soal untuk kelompok eksperimen dan metode pemahaman konsep
untuk kelompok control) atau yang bervariasi.
Variabel
noneksperimental sebagian dapat dikontrol, baik untuk kelompok eksperimen
maupun kelompok kontrol. Ini disebut variabel yang dikontrol atau controlled variable. Akan tetapi
sebagian lagi dari variabel non eksperimen ada di luar kekuasaan eksperimen
untuk dikontrol atau dikendalikan. Ini disebut variable ekstrane atau extraneous variable. Dalam setiap
eksperimen, hasil yang berbeda pada kelompok eksperimen dan kontrol sebagian
disebabkan oleh variabel eksperimental dan sebagian lagi karena pengaruh
variabel ekstrane. Oleh karena itu, setiap guru yang akan melakukan eksperimen
harus memprediksi akan munculnya variabel pengganggu ini.
Adanya
perbedaan hasil eksperimen yang dilakukan oleh peneliti/ guru/ pengawas dari
kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol, bukan secara mutlak disebabkan tindakan
yang diberikan, tetapi sebagian lagi karena adanya variabel luar/ ekstrane yang
ikut mempengaruhinya. Besar kecilnya pengaruh variabel ekstrane yang dapat
menyebabkan terjadinya perbedaan dengan yang diobservasi dalam hasil eksperimen
disebut kesesatan atau error. Dalam eksperimen dapat dijumpai adanya dua jenis
kesesatan yaitu:
1. Kesesatan konstan
Kesesatan
konstan merupakan pengaruh akibat variabel ekstrane, yang selalu ada dalam
setiap eksperimen. Variabel ini tidak dapat diketahui, tidak dapat diukur dan
sulit untuk dikendalikan, serta tidak mudah untuk diperhitungkan dan dipisahkan
dengan perbedaan hasil yang ditimbulkan oleh variabel eksperimen. Sebagai
contoh dari kesesatan konstan adalah “ suatu penelitian eksperimen dilakukan
untuk mengetahui pengaruh suatu metode (pemecahan soal) terhadap prestasi
belajar matematika. Prosedur eksperimen telah dilaksanakan sesuai dengan
metodologi yang benar, maka peneliti berkeyakinan bahwa adanya perbedaan hasil
belajar siswa nanti secara mutlak dipengaruhi oleh baiknya metode yang
dilakukan. Ia tidak menyadari adanya berbagai variabel yang mungkin dapat
mengganggu proses dan hasil eksperimen.
Variabel
pengganggu kesesatan konstan misalnya pada kelompok kontrol terdapat siswa yang
pada sore hari ikut pelajaran tambahan/ privat. Disamping itu, banyak orang
tua/ keluarga yang peduli sekali terhadap waktu dan kedisiplinan belajar
anaknya, sehingga anak itu selalu dibimbing atau diawasi orang tuanya. Ditinjau
dari segi guru yang mengajar dikelompok kontrol mempunyai karakteristik
kecakapan mengajar, penguasaan bahan ajar, kepribadian, dan pendekatan kepada
siswa sangat bagus. Alat untuk mengukur kemampuan siswa baru mampu mengukur
sebagian dari kecakapan dan materi yang diajarkan. Variabel-variabel tersebut
merupakan varaiabel luar/ ekstrane yang sulit diperhitungkan., sulit
dikendalikan, sehingga disinilah muncul adanya kesesatan konstan.
Dengan
adanya kesesatan itu, berakibat setelah data akhir eksperimen diperoleh dan
dianalisis terjadi tidak adanya perbedaan antara hasil belajar matematika bagi
siswa kelompok eksperimen yang diberi perlakuan metode A (pemecahan soal)
dengan kelompok kontrol yang menggunakan metode B (pemahaman konsep). Padahal
secara teori jelas bahwa metode pemecahan soal lebih baik dibandingkan dengan
metode pemahaman konsep. Hal ini terjadi karena banyaknya variabel luar/
ekstraneyang muncul pada suatu kelompok tertentu pada saat waktu pelaksanaan
eksperimen. Jadi hasil belajar pada siswa kelopok kontrol telah dicemar oleh
variabel ekstrane yang peneliti tidak mampu memperhitungkannya. Padahal kalau
eksperimen berjalan dengan mulus tanpa banyak dipengaruhi variabel yang
menyesatkan, besar kemungkinan metode yang dicobakan pada kelompok eksperimen
akan mampu memberikan hasil belajar yang lebih baik. Guru perlu mempersiapkan
secara maksimal berbagai komponen yang berkaitan dengan metode yang akan
dieksperimenkan pada bidang materi pelajaran tertentu, baik yang berkaitan
dengan metode pembelajaran yang akan diperlakukan, materi pelajaran, guru
pelaksana tindakan, siswa yang dikenai tindakan, kondisi/ situasi kelas,
lingkungan belajar, maupun komponen lain yang mungkin dapat mempengaruhi hasil
eksperimen. Selama proses kegiatan eksperimen berlangsung, peneliti perlu
memperhatikan adanya variabel lain yang dimungkinkan akan dapat mengganggu. Hal
ini dilakukan untuk mengantisipasi munculnya variabel luar yang dapat
menyesatkan hasil eksperimen.
2. Kesesatan tidak konstan (kesesatan
kompensatoris)
Kesesatan tidak konstan adalah kesesatan yang terjadi
pada satu atau beberapa kelompok dalam suatu eksperimen, tetapi tidak terjadi pada
satu kelompok lain. Kesesatan pada jenis ini ada kemungkinan untuk dapat
diperhatikan atau dikendalikan pada waktu mempersiapkan eksperime, atau
menentukan pola eksperimen. Kesesatan tipe ini dapat dibedakan ke dalam tiga
jenis, yaitu:
a.
Kesesatan
tipe S (Subyek)
Ciri khusus dari kesesatan adalah adanya fluktuasi subyek
sampling pada suatu penugasan subjek ke dalam kelompok eksperimen dan kelompok
pembanding/ kontrol pada suatu eksperimen. Kejadian ini kemungkinan muncul
karena dalam salah satu atau kedua kelompok itu terhimpun beberapa orang dalam
segi perimbangan menguntungkan salah satu dari kelompok. Misalnya, dalam suatu eksperimen
yang ingin diketahui pengaruh metode terhadap hasil belajar matematika pada suatu
kelas di sekolah dasar, mungkin sekali secara kebetulan pada kelas pembanding
terhimpun siswa yang memiliki IQ yang lebih tinggi dan rajin belajar. Setelah
proses eksperimen berakhir, diadakan tes kepada kedua kelompok secara
bersamaan. Setelah diadakan analisis statistik dengan menggunakan uji coba
diperoleh kesimpulan bahwa tidak ada perbedaan pengaruh antara metode A dan
metode B terhadap hasil belajar matematika pada siswa kelas tertentu pada SD
tersebut. Hal ini dapat disebabkan hasil belajar dari kedua kelompok eksperimen
(kontrol dan eksperimen) bukan disebabkan oleh pengaruh metode, tetapi karena
adanya perbedaan subyek (S) yang ditugasi pada kedua kelompokj tersebut. Maka
dalam pelaksanaan eksperimen, distribusi subyek yang akan ditugasi pada kelompok-kelompok
eksperimen harus diseimbangkan, hal ini agar mendapatkan perhatian bagi para
peneliti eksperimen pembelajaran.
b.
Kesesatan
tipe G (Group)
Pada suatu eksperimen dapat terjadi adanya
variabel-variabel luar yang mempengaruhi satu atau beberapa kelompok siswa
dalam suatu kegiatan eksperimen, tetapi tidak menyangkut seluruh kelompok yang
digunakan. Dalam suatu eksperimen bidang pembelajaran seorang guru yang
ditugasi untuk mengajar dengan metode CTL (eksperimen) sedemikian baiknya
sehingga memberikan pengaruh yang sangat sistematis terhadap prestasi belajar
siswa, dan sebaliknya di kelas lain, diajar oleh guru yang kurang mempunyai
motivasi mengajar, kurang mengusai bahan ajar, dan bahkan kurang disiplin.
Demikian pula dalam suatu kelompok eksperimen terdapat siswa yang nakal, dan
sering mengganggu temannya waktu pelajaran sedang berlangsun, akan mempengaruhi
hasil eksperimen pada kelas tersebut. Kalau hal ini terjadi maka kesesatan tipe
G telah mempengaruhi eksperimen, dan hasil eksperimen tersebut akan tercemari.
c.
Kesesatan
tipe R (Replikasi)
Ada pola eksperimen yang dilakukan terhadap beberapa
eksperimen yang dilakukan secara serentak dengan menggunakan sampel dari
bermacam-macam sub-populasi. Pada eksperimen tersebut disebut replikasi.
Berdasarkan pada istilah inilah kesesatan tipe R ini muncul. Pada
eksperimen-eksperimen yang menggunakan metode mengajar yang dilakukan beberapa
kali umumnya dikerjakan oleh seorang guru. Akan tetapi, guru lain juga dapat
mereplika (mengulangi dalam keadaan yang sama) setelah memahami apa yang
dilakukan oleh guru sebelumnya. Kesesatan tipe R ini terjadi bilamana variabel
luar memberikan pengaruh secara sistematis terhadap satu replikasi, tetapi
tidak memberikan pengaruh pada replikasi yang lain. Metode mengajar yang pernah
diberikan sebelumnya mungkin memberikan landasan yang sangat menguntungkan bagi
metode yang sedang dicobakan, dan tidak demikian halnya yang ada pada kondisi
sebaliknya. Metode yang akan dicobakan ternyata sudah biasa diberikan, sehingga
siswa pada sekolah itu akan mendapatkan prestasi belajar yang lebih baik
daripada sekiranya mereka diajarkan dengan metode lain. Kalau eksperimen ini
dilaksanakan pada suatu sekolah, maka perbedaan pengaruh variabel yang
diobservasi dapat dianggap bebas dari kesesatan R itu. Akan tetapi kalau
ditinjau dari segi banyaknya replikasi pada suatu eksperimen yang diadakan di
beberapa sekolah, mungkin terjadi kesesatan tipe ini dan berpengaruh terhadap
rerata dari variabel yang dieksperimenkan. [20]
BAB
III
PENUTUP
Kesimpulan
PTK
eksperimen
adalah sebuah studi yang objektif,
sistematis, dan terkontrol untuk memprediksi atau mengontrol fenomena yang digunakan dalam penelitian
pembelajaran pada latar kelas (PTK). Menurut
(Ary, 1985) penelitian eksperimen pada umumnya mempunyai tiga karakteristik
penting, yaitu : Variable
bebas yang dimanipulasi, variable
lain yang mungkin berpengaruh dikontrol agar tetap konstan dan efek atau pengaruh manipulasi
variable bebas dan variable terikat diamati secara langsung oleh peneliti
Proses dalam PTK eksperimen yaitu: Melakukan
kajian secara induktif yang berkaitan erat dengan permasalahan yang hendak
dipecahkan, Mengidentifikasi
permasalahan, Melakukan
studi literature dari beberapa sumber yang relevan, memformulasikan hipotesis
penelitian, menentukan definisi operasional dan variable, Membuat rencana penelitian, Melakukan eksperimen, Mengumpulkan data kasar dari proses eksperimen, Mengorganisasi dan mendeskripsikan data
sesuai dengan variable yang telah ditentukan, Melakukan analisis data dengan teknik
statistika yang relevan dan Membuat
laporan penelitian eksperimen.
Tujuan dari PTK Eksperimen yaitu: Memperoleh informasi
baru, Menerangkan dan memprediksi suatu ubahan/ variabel, Meneliti pengaruh
dari suatu perlakuan tertentu terhadap gejala suatu kelompok tertentu dibanding
dengan kelompok lain yang menggunakan kelompok lain yang menggunakan perlakuan
yang berbeda. Adapun Manfaatnya yaitu Menguji hipotesis dengan melakukan
kontrol terhadap kondisi penelitian, Mengembangkan teori, kemudian melakukan
pengujian di kelas, Memperbaiki teori-teori serta temuan-temuan penelitian, Meneliti
melalui jalan pintas dan Memudahkan replikasi karena kondisi yang dipelajari
benar-benar spesifik. Rancangan PTK eksperimen terdiri dari: Rancangan
Pra-Eksperimental, Rancangan
Eksperimen Murni dan Rancangan
Eksperimen Kuasi/Semu (Quasi—Experimental Design). Faktor yang perlu dikontrol
yaitu Latar belakang kebudayaan, Dasar matematika, Ruangan Kelas, Waktu
belajar, Cara Mengajar, Guru/ Pengajar dan Lain-lain. Kesesatan dalam PTK
eksperimen yaitu Kesesatan konstan dan Kesesatan tidak konstan (kesesatan
kompensatoris)
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsini. 2006. Prosedur Penelitian suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : Rineka
Cipta.
Sukardi. 2008.
Metodologi Penelitian Pendidikan kompetensi dan Praktiknya. Jakarta : Bumi
Aksara.
Wardhani, Igak dan Kuswaya Wihardit. 2010. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta :
Universitas Terbuka.
http//www.ardhana
12.wordpress.com
http://sekolah.8k.com/rich_text_4.html
[1] Wardhani, Igak
dan Kuswaya Wihardit. 2010. Penelitian
Tindakan Kelas. Jakarta : Universitas Terbuka. Hal 1.5
[2] Arikunto,
Suharsini. 2006. Prosedur Penelitian
suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : Rineka Cipta. Hal 89
[3] Sukardi. 2008. Metodologi Penelitian Pendidikan kompetensi
dan Praktiknya. Jakarta : Bumi Aksara. Hal. 3
[4] Arikunto,
Suharsini. 2006. Prosedur Penelitian
suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : Rineka Cipta. Hal. 91
[5] Wardhani, Igak
dan Kuswaya Wihardit. 2010. Penelitian
Tindakan Kelas. Jakarta : Universitas Terbuka. Hal 1.4
[6] Arikunto, Suharsini. 2006. Prosedur Penelitian suatu Pendekatan Praktik.
Jakarta : Rineka Cipta. Hal. 92
[7] http//www.ardhana 12.wordpress.com
[8] Sukardi. 2008. Metodologi Penelitian Pendidikan kompetensi
dan Praktiknya. Jakarta : Bumi Aksara. Hal. 16
[9] Arikunto,
Suharsini. 2006. Prosedur Penelitian
suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : Rineka Cipta. Hal. 89, 95, 97
[10] Sukardi. 2008. Metodologi Penelitian Pendidikan kompetensi
dan Praktiknya. Jakarta : Bumi Aksara. Hal. 180
[11] Sukardi. 2008. Metodologi Penelitian Pendidikan kompetensi
dan Praktiknya. Jakarta : Bumi Aksara. Hal. 178
[12] Ibid. hal 182
[13] Ibid. hal 183
[17]
http://ardhana12.wordpress.com/2008/02/08/penelitian-eksperimen-satu-metode-dalam-ptk/
[18] http://ardhana12.wordpress.com/2008/02/08/penelitian-eksperimen-satu-metode-dalam-ptk/