Jumat, 05 Oktober 2012

Penelitian Tindakan Kelas Eksperimen


BAB I
PENDAHULUAN

A.          Latar Belakang
Di era reformasi ilmu pengetahuan dan teknologi, perbaikan kegiatan belajar dan mengajar harus diupayakan secara maksimal agar mutu pendidikan meningkat. Seorang guru harus berpikir bagaimana cara mengatasi prestasi siswanya yang rendah. Untuk itu perlu diterapkannya melalui penelitian. Jenis penelitian yang sering digunakan guru dalam mengatasi masalah pembelajaran adalah penelitian tindakan kelas dan penelitiann eksperimen. Jenis pendekatan penelitian yang paling tepat untuk merealisasi kegiatan guru dalam membandingkan dua metode pembelajaran terhadap hasil belajar adalah melalui penelitian eksperimen. Eksperimen merupakan salah satu metode penelitian yang dapat dipilih dan digunakan dalam penelitian tindakan kelas (PTK).

B.          Rumusan Masalah
Berdasarkan dari latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalahnya yaitu:
1.    Apa pengertian PTK eksperimen?
2.    Bagaimana karakteristik PTK eksperimen?
3.    Bagaimana proses PTK eksperimen?
4.    Apa tujuan dan manfaat PTK Eksperimen?
5.    Bagaimana rancangan PTK eksperimen?
6.    Apa saja faktor yang perlu di kontrol sebelum eksperimen?
7.    Apa kesesatan dalam eksperimen?

C.         Tujuan
Adapun tujuan yang ingin dicapai yaitu:
1.    Untuk mengetahui dan memahami pengertian PTK Eksperimen
2.    Untuk mengetahui dan memahami karakteristik PTK Eksperimen
3.    Untuk mengetahui dan memahami proses PTK Eksperimen
4.    Untuk mengetahui dan memahami manfaat PTK eksperimen
5.    Untuk mengetahui dan rancangan PTK eksperimen
6.    Untuk mengetahui faktor yang perlu dikontrol sebelum eksperimen
7.    Untuk mengetahui kesesatan dalam eksperimen
BAB II
PEMBAHASAN

A.          Pengertian PTK Eksperimen
Munculnya kesadaran pada diri guru bahwa praktik yang dilakukannya selama di kelas mempunyai masalah yang perlu diselesaikan dan adanya sesuatu yang perlu di perbaiki dalam praktik pembelajarannya, maka dalam hal ini guru perlu melakukan sebuah penelitian untuk mencari sebuah jawaban dari masalah yang dihadapinya. Penelitian tindakan kelas merupakan satu penelitian  yang mempunyai berbagai aturan dan langkah yang harus diikuti dan dapat dilakukan untuk meningkatkan efektivitas dalam pembelajaran, seperti metode mengajar, pemberian tugas kepada siswa, penilaian, dan sebagainya. Penelitian tindakan kelas merupakan terjemahan dari Classroom Action Research, yaitu sebuah action atau tindakan yang dilakukan di kelas[1].
Penelitian inilah yang dikenal dengan PTK (Penelitian Tindakan Kelas). Penelitian tersebut muncul karena adanya kesadaran pelaku kegiatan yang merasa tidak puas dengan hasil kerjanya. Pelaku yang bersangkutan mencoba menyempurnakan pekerjaannya dengan cara melakukan percobaan secara berulang-ulang, prosesnya diamati dengan sungguh-sungguh sampai mendapatkan hasil yang lebih baik dari semula[2].
Bertolak dari uraian diatas, Penelitian tindakan kelas terdiri dari tiga kata yang dapat dipahami, yaitu :
a.    Penelitian : kegiatan mencermati suatu objek, menggunakan  aturan metodologi tertentu untuk memperoleh data atau informasi yang bermanfaat untuk meningkatkan mutu suatu hal yang meenarik minat dan penting bagi peneliti. Sedangkan menurut Kerlinger (1986) penelitian adalah suatu proses penemuan yang mempunyai karakteristik sistematis, terkontrol, empiris, dan mendasarkan pada teori dan hipotesis atau jawaban sementara[3].
b.    Tidakan : sesuatu gerak kegiatan yang sengaja dilakukan dengan tujuan tertentu, yang dalam penelitian ini berbentuk rangkaian siklus kegiatan.
c.    Kelas : sekelompok siswa yang dalam waktu yang sama menerima pelajaran yang sama dari seorang guru. Atau dapat juga difahami dengan ruangan tempat guru mengajar. Kelas bukan wujud ruangan tetapi sekelompok peserta didik yang sedang belajar.
Dengan menggabungkan batasan pengertian tiga kata tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa penelitian tindakan kelas merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan yang sengaja dimunculkan, dan terjadi dalam sebuah kelas[4]. Dalam buku lain juga disebutkan tentang pengertian penelitian tindakan kelas adalah suatu penelitian yang dilakukan oleh guru didalam kelasnya sendiri melalui refleksi diri, dengan tujuan untuk memperbaiki kinerjanya sebagai guru, sehingga hasil belajar siswa menjadi lebih meningkat[5].
Ada beberapa model yang dapat digunakan untuk penelitian tindakan kelas, salah satunya yaitu model yang dikembangkan oleh Kurt Lewin yang didasarkan atas konsep pokok bahwa penelitian tindakan kelas terdiri dari empat komponen pokok yang juga menunjukkan langkah, yaitu[6] :
a.    Perencanaan atau planning
b.    Tindakan atau acting
c.    Pengamatan atau observing, dan
d.   Refleksi atau reflecting
Penelitian eksperimen merupakan inti dari model penelitian tindakan kelas yang ada. Eksperimen merupakan salah satu metode penelitian yang dapat dipilih dan digunakan dalam penelitian pembelajaran pada latar kelas (PTK). Penelitian eksperimental dapat diartikan sebagai sebuah studi yang objektif, sistematis, dan terkontrol untuk memprediksi atau mengontrol fenomena. Penelitian eksperimen bertujuan untuk menyelidiki hubungan sebab akibat dengan cara mengekspos satu arah atau lebih kelompok eksperimental dan satu atau lebih kondisi eksperimen. Kemudian hasilnya dibandingkan denggan satu atau lebih kelompok control yang tidak dikenai perlakuan (Danim,2002)[7].
Dalam penelitian eksperimen para peneliti melakukan tiga persyaratan dari suatu bentuk penelitan. Ketiga persyaratan tersebut yaitu kegiatan mengontrol, memanipulasi, dan mengobservasi. Dalam kegiatan eksperimen ini, peneliti juga harus membagi objek atau subjek yang diteliti menjadi dua grup, yaitu grup treatment (yang memperoleh perlakuan) dan grup control yang tidak memperoleh perlakuan. Dalam penelitian eksperimen, peneliti sudah melakukan kegiatan mengontrol maka hasil penelitian tersebut dapat menentukan hubungan kausal atau sebab akibat. Penelitian eksperimen juga diharuskan menggunakan hipotesis dan melalui pengamatan[8].
Penelitian eksperimen sifatnya “ketat” dalam arti bahwa desainnya harus mantap, dan tidak berubah selama penelitian berlangsung. Penelitian eksperimen dimaksudkan untuk mengetes dampak perlakuan. Penelitian ini berkembang dengan pesat karena dapat dikatakan penelitiannya “tidak kaku”, tetapi sebaliknya justru menuntut adanya perkembangan. Penelitian yang dimaksud adalah penelitian tindakan. Penelitian tindakan ini dapat dimasukkan dalam kelompok penelitian eksperimen dengan ciri yang khusus. Jika dalam penelitian eksperimen ini peneliti sekedar ingin mengetahui akibat dari perlakuan, tindakan, atau sesuatu yang dilakukan. Sedangkan dalam penelitian tindakan,  peneliti mencermati betul-betul selama proses dan akibat dari tindakan tersebut, sehingga memperoleh informasi yang mantap tentang dampak perlakuan yang dibuat.
Penelitian tindakan adalah penelitian eksperimen berulang dan berkelanjutan, karena bertujuan untuk mengetahui dampak dari suatu perlakuan yaitu mencobakan sesuatu, lalu dicermati akibat dari perlakuan tersebut. Penelitian tindakan termasuk kualitatif, karena menggali informasi secara rinci[9].
Di bidang pendidikan, ada dua alasan mengapa penelitian eksperimen cocok dilakukan. Pertama, karena metode pengajarannya yang lebih tepat di setting secara alami dan dikomparasikan di dalam keadaan yang tidak bias. Kedua, penelitian dasar dengan tujuan menurunkan prinsip-prinsip umum teoritis ke dalam ilmu terapan sesuai dengan permasalahan yang dihadapi oleh para penyelenggara sekolah[10].


B.          Karakteristik PTK Eksperimen
Dalam penelitian eksperimen variable-variabel yang ada termasuk variable bebas (independent variable) dan variable terikat (dependent variable) sudah ditentukan secara tegas oleh para peneliti sejak awal penelitian. Variable bebas biasanya merupakan variable yang dimanipulasi secara sistematis. Dibidang pendidikan yang diidentifikasi sebagai variable bebas diantaranya metode mengajar, macam-macam penguatan, frekuensi penguatan, sarana prasarana pendidikan, lingkungan belajar, jumlah kelompok belajar, dan sebagainya. Variable terikat merupakan variable yang diukur sebagai akibat adanya manipulasi pada variable bebas. Hal ini dikarenakan fungsi variable terikat bergantung dari variable bebas. Contohnya hasil belajar siswa, kesiapan belajar siswa, kemandirian siswa, dan sebagainya[11].
Menurut (Ary, 1985) penelitian eksperimen pada umumnya mempunyai tiga karakteristik penting, yaitu :
a.    Variable bebas yang dimanipulasi
b.    Variable lain yang mungkin berpengaruh dikontrol agar tetap konstan
c.    Efek atau pengaruh manipulasi variable bebas dan variable terikat diamati secara langsung oleh peneliti
1.    Memanipulasi
Karakteristik pertama yang selalu ada dalam penelitian eksperimen adalah adanya tindakan manipulasi variable yang secara terencana dilakukan oleh si peneliti. Yang dimaksud manipulasi yaitu tindakan atau perlakuan yang dilakukan oleh seorang peneliti atas dasar pertimbangan ilmiah yang dapat dipertanggung jawabkan secara terbuka guna memperoleh perbedaan efek dalam variable terikat. 
2.    Mengontrol Variabel
Karakteristik kedua yang selalu ada dalam penelitian eksperimen yaitu adanya control yang sengaja dilakukan oleh peneliti terhadap variable atau ubahan yang ada. Mengontrol merupakan usaha peneliti untuk memindahkan pengaruh variable lain pada variable terikat yang mungkin mempengaruhi penampilan variable tersebut. Kegiatan mengontrol suatu variable atau subjek dalam Penelitian eksperimen memiliki peranan penting, karena tanpa melakukan control ksecara sistematis, seorang peneliti tidak munggkin dapat melakukan evaluasi dengan melakukan pengukuran secara cermat terhadap variable terikat. Dalam pelaksanaannya kelompok eksperimen dan kelompok control sebaiknya diatur secara intensif sehingga kedua variable mempunya karakteristik sama.
3.    Melakukan Observasi
Karakteristik ketiga dalam suatu penelitian eksperimen adalah adanya tindakan observasi yang dilakukan oleh peneliti selama proses eksperimen berlangsung. Selama proses, peneliti melakukan observasi terhadap dua kelompok tersebut. Tujuan dari observasi yaitu untuk melihat dan mencatat fenomena apa yang muncul yang memungkinkan terjadinya perbedaan diantara kedua kelompok. Dalam pelaksanaanya peneliti dianjurkan untuk melakukan pengamatan pada variable terikat, yaitu variable yang biasanya menerima akibat dari terjadinya perubahan secara sistematis dalam variable bebas[12].

C.          Proses PTK Eksperimen
Langkah penelitian eksperimen pada prinsipnya sama dengan jenis penelitian lainnya. Yang secara eksplisit dapat dilihat sebagai berikut :
1.    Melakukan kajian secara induktif yang berkaitan erat dengan permasalahan yang hendak dipecahkan.
2.    Mengidentifikasi permasalahan.
3.    Melakukan studi literature dari beberapa sumber yang relevan, memformulasikan hipotesis penelitian, menentukan definisi operasional dan variable.
4.    Membuat rencana penelitian yang didalamnya mencakup kegiatan :
a.    Mengidentifikasi variable luar yang tidak diperlukan, tetapi memungkinkan terjadinya kontaminasi proses eksperimen.
b.    Menentukan cara untuk mengontrol mereka
c.    Memilih desain riset yang tepat
d.   Menentukan populasi, memilih sampel yang mewakili dan memilih sejumlah subjek penelitian
e.    Membagi subjek ke dalam kelompok control maupun kelompok eksperimen
f.     Membuat instrument yang sesuai, memvalidasi instrument dan melakukan pilot study agar memperoleh instrument yang memenuhi persyaratan untuk mengambil data yang diperlukan.
g.    Mengidentifikasi prosedur pengumpulan data, dan menentukan hipotesis.
5.    Melakukan eksperimen.
6.    Mengumpilkan data kasar dari proses eksperimen
7.    Mengorganisasi dan mendeskripsikan data sesuai dengan variable yang telah ditentukan
8.    Melakukan analisis data dengan teknik statistika yang relevan.
9.    Membuat laporan penelitian eksperimen.
Pada kondisi yang sama, (Gay, 1982: 201) dalam penelitian eksperimen menekankan perlu adanya langkah-langkah penting seperti berikut :
a.    Adanya permasalahan yang signifikan untuk diteliti
b.   Pemilihan subjek yang cukup untuk dibagi dalam kelompok eksperimen dan kelompok control.
c.    Pembuatan atau pengembangan instrument
d.   Pemilihan desain penelitian
e.    Eksekusi prosedur
f.    Melakukan analisis data
g.   Memformulasikan kesimpulan.
Dalam penelitian eksperimen peneliti diharuskan menyusun variabel-variabel minimal satu hipotesis yang menyatakan harapan hubungan sebab akibat diantara variabel-variabel yang terjadi[13].

D.          Tujuan dan Manfaat PTK Eksperimen
Adapun tujuan penelitian tindakan kelas eksperimen adalah:
1.    Memperoleh informasi baru
2.    Menerangkan dan memprediksi suatu ubahan/ variabel[14]
3.    Meneliti pengaruh dari suatu perlakuan tertentu terhadap gejala suatu kelompok tertentu dibanding dengan kelompok lain yang menggunakan kelompok lain yang menggunakan perlakuan yang berbeda.[15]
Berikut ini manfaat dari penelitian tindakan kelas eksperimen, yaitu:
1.    Menguji hipotesis dengan melakukan kontrol terhadap kondisi penelitian
2.    Mengembangkan teori, kemudian melakukan pengujian di kelas
3.    Memperbaiki teori-teori serta temuan-temuan penelitian
4.    Meneliti melalui jalan pintas
5.    Memudahkan replikasi karena kondisi yang dipelajari benar-benar spesifik[16]

E.          Rancangan PTK Eksperimen
Rancangan yang akan diterapkan dalam penelitian eksperimen meliputi: pra-eksperimental, eksperimen murni, dan eksperimen kuasi
1.    Rancangan Pra-Eksperimental
Rancangan pra-eksperirnental yang sederhana ini berguna untuk mendapatkan informasi awal terhadap pertanyaan pada penelitian. Ada tiga hal yang lazim digunakan pada rancangan pra-eksperimental, yaitu:
a.    Studi kasus bentuk tunggal (one-shot case study)
b.    Tes awal – tes akhir kelompok tunggal (the one group pretest posttest)
c.    Perbandingan kelompok statis (the static group comparison design)
2.    Rancangan Eksperimen Murni
Rancangan eksperimen murni ini mempunyai tiga karakteristik, yaitu:
a.       Adanya kelompok control
b.      Siswa ditarik secara ramdom dan ditandai untuk masing-masing kelompok
c.       Sebuah tes awal diberikan untuk mengetahui perbedaan antar kelompok.
Dua rancangan eksperimen secara garis besar dijelaskan sebagai berikut:
a.    Rancangan secara acak dengan tes akhir dan kelompok kontrol (the randomized posttest only control group design)
b.    Rancangan secara acak dengan tes awal dan tes akhir dengan kelompok kontrol (the randomized pretest-posttest control group design)
c.    Empat kelompok solomon (the randomized solomon four group design)
d.   Rancangan secara acak dengan pemasangan subjek melalui tes tes akhir dan kelompok kontrol (the randomized posttest – only control group design)
e.    Rancangan secara acak dengan pemasangan subjek melalui tes awal-tes akhir dan kelompok kontrol (the randomized pretest – posttest cont rot group design, using)
3.    Rancangan Eksperimen Kuasi/Semu (Quasi—Experimental Design)
Rancangan eksperimental kuasi ini memiliki kesepakatan praktis antara eksperimen kebenaran dan sikap asih manusia terhadap bahasa yang ingin kita teliti. Beberapa rancangan eksperimen kuasi (eksperimen semu), yaitu:
a.    Rancangan dengan pemasangan subjek melalui tes akhir dan kelompok kontrol (the randomized posttest – only control group design, using matched subject)
b.    Rancangan dengan pem[17]asangan subjek melalui tes awal-tes akhir dan kelompok
c.    Kontrol (the randomnized posttest – only control group design, using matched subject)
d.   Rancangan tiga perlakuan dengan pengaruh imbangan (a three treatment counter balanced, using matched subject)
e.    Rancangan rangkaian waktu (a basic time-series design)
f.     Rancangan faktorial (factorial design)[18]

F.           Faktor Yang Perlu Dikontrol
Sebelum eksperimen dilaksanakan ada berbagai faktor, variabel, serta kondisi apa saja yang berkaitan dengan kegiatan eksperimen yang perlu diperhatikan. Hal ini untuk mengantisipasi adanya perbedaan sesudah eksperimen itu benar-benar disebabkan oleh metode bukan karena faktor lain. Faktor-faktor yang perlu diperhatikan antara lain sebagai berikut:
1.    Latar belakang kebudayaan
Pelajar yang mempunyai kebudayaan yang berbeda besar kemungkinan mempunyai sifat dan kebiasaan yang berbeda pula. Untuk itu perlu diperhatikan agar adanya perbedaan bukan karena faktor ini tetapi faktor metode mengajarnya. Ada siswa yang setiap hari selalu belajar bersama dengan kakak-kakaknya, mengikuti pelajaran tambahan setiap sore dan sebagainya.
2.    Dasar matematika
Sebelum eksperimen dimulai siswa masing-masing kelas/ kelompok perlu diseimbangkan agar tidak terjadi salah satu kelas terdiri atas siswa yang pandai-pandai, sedang kelas lainnya terdiri atas siswa yang sedang dan kurang pandai. Sehingga adanya perbedaan hasil akhir eksperimen bukan oleh disebabkan oleh metode mengajar tetapi oleh kondisi siswa yang berbeda.
3.    Ruangan Kelas
Ruangan kelas kedua calon kelompok eksperimen dan kontrol itu harus dibuat sedemikian sehingga tidak ada perbedaan kebisingan, kepengapan karena ventilasi yang kurang, tata ruang dan tata cahaya.
4.    Waktu belajar
Perlu diperhatikan waktu berlangsungnya jam pelajaran, tidak diperkenankan kelompok eksperimen (E) masuk pagi kelompok control (K) masuk sore atau sebaliknya. Jika kelas E masuk pagi, kelas K harus masuk pagi, kalau kelas E masuk jam 8.00 kelas K tidak boleh jam 12.00, sehingga hasil eksperimen dikotori oleh faktor masuk sekolah. Selain itu, jumlah jam kedua kelas/ kelompok harus sama.
5.    Cara Mengajar
Metode-metode yang akan dicobakan harus ditetapkan dan dirancang lebih dahulu serta dijalankan secara tertib dan benar. Cara guru mengajar harus sesuai dengan pola yang ditetapkan dalam desain eksperimen yang dipersiapkan.
6.    Guru/ Pengajar
Latar belakang pendidikan, serta pengalaman mengajar diupayakan mempunyai tingkat, level atau derajat yang seimbang. Demikian tingkat kedisiplinan maupun kemampuannya.
7.    Lain-lain
Walaupun peneliti sudah berupaya mengendalikan variabel non eksperimen agar tidak mempengaruhi hasil ekperimen, namun sering dijumpai adanya kejadian yang sulit dikontrol dan diprediksi, misalnya tiba-tiba dijumpai adanya siswa yang suka mengganggu jalannya pelajaran, sehingga mempengaruhi temannya untuk tidak disiplin, atau terganggu konsentrasinya akibat ulah satu atau beberapa temannya. Dapat terjadi pula adanya pemberian bimbingan belajar di luar jam pelajaran, baik oleh anggota keluarga atau yang lain. Perlu disadari bahwa sebenarnya banyak sekali faktor yang mungkin dapat berpengaruh terhadap eksperimen. Oleh karena itu, peneliti eksperimen perlu hati-hati pada setiap langkah agar selalu memperhatikan adanya kemungkinan timbulnya kesesatan dan ada upaya untuk mengendalikan.[19]

G.         Kesesatan Dalam PTK Eksperimen
Segala sesuatu yang berkaitan dengan kondisi, keadaan, faktor, perlakuan atau tindakan yang diperkirakan dapat mempengaruhi hasil eksperimen disebut variabel. Dalam eksperiemen selalu dibedakan adanya variabel-variabel yang berkaitan secara langsung diberlakukan untuk mengetahui suatu keadaan tertentu dan diharapkan mendapatkan dampak/ akibat dari eksperimen sering disebut variabel eksperimental atau treatment variable, dan variabel yang tidak dengan sengaja dilakukan tetapi dapat mempengaruhi hasil eksperimen disebut variabel noneksperimental. Variabel eksperimental adalah kondisi yang hendak diteliti bagaimana pengaruhnya terhadap suatu gejala. Untuk mengetahui pengaruh variabel itu, kedua kelompok, yaitu kelompok eksperimental dan kontrol dikenakan variabel eksperimenyang berbeda (misalnya metode pemecahan soal untuk kelompok eksperimen dan metode pemahaman konsep untuk kelompok control) atau yang bervariasi.
Variabel noneksperimental sebagian dapat dikontrol, baik untuk kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol. Ini disebut variabel yang dikontrol atau controlled variable. Akan tetapi sebagian lagi dari variabel non eksperimen ada di luar kekuasaan eksperimen untuk dikontrol atau dikendalikan. Ini disebut variable ekstrane atau extraneous variable. Dalam setiap eksperimen, hasil yang berbeda pada kelompok eksperimen dan kontrol sebagian disebabkan oleh variabel eksperimental dan sebagian lagi karena pengaruh variabel ekstrane. Oleh karena itu, setiap guru yang akan melakukan eksperimen harus memprediksi akan munculnya variabel pengganggu ini.
Adanya perbedaan hasil eksperimen yang dilakukan oleh peneliti/ guru/ pengawas dari kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol, bukan secara mutlak disebabkan tindakan yang diberikan, tetapi sebagian lagi karena adanya variabel luar/ ekstrane yang ikut mempengaruhinya. Besar kecilnya pengaruh variabel ekstrane yang dapat menyebabkan terjadinya perbedaan dengan yang diobservasi dalam hasil eksperimen disebut kesesatan atau error. Dalam eksperimen dapat dijumpai adanya dua jenis kesesatan yaitu:
1.    Kesesatan konstan
Kesesatan konstan merupakan pengaruh akibat variabel ekstrane, yang selalu ada dalam setiap eksperimen. Variabel ini tidak dapat diketahui, tidak dapat diukur dan sulit untuk dikendalikan, serta tidak mudah untuk diperhitungkan dan dipisahkan dengan perbedaan hasil yang ditimbulkan oleh variabel eksperimen. Sebagai contoh dari kesesatan konstan adalah “ suatu penelitian eksperimen dilakukan untuk mengetahui pengaruh suatu metode (pemecahan soal) terhadap prestasi belajar matematika. Prosedur eksperimen telah dilaksanakan sesuai dengan metodologi yang benar, maka peneliti berkeyakinan bahwa adanya perbedaan hasil belajar siswa nanti secara mutlak dipengaruhi oleh baiknya metode yang dilakukan. Ia tidak menyadari adanya berbagai variabel yang mungkin dapat mengganggu proses dan hasil eksperimen.
Variabel pengganggu kesesatan konstan misalnya pada kelompok kontrol terdapat siswa yang pada sore hari ikut pelajaran tambahan/ privat. Disamping itu, banyak orang tua/ keluarga yang peduli sekali terhadap waktu dan kedisiplinan belajar anaknya, sehingga anak itu selalu dibimbing atau diawasi orang tuanya. Ditinjau dari segi guru yang mengajar dikelompok kontrol mempunyai karakteristik kecakapan mengajar, penguasaan bahan ajar, kepribadian, dan pendekatan kepada siswa sangat bagus. Alat untuk mengukur kemampuan siswa baru mampu mengukur sebagian dari kecakapan dan materi yang diajarkan. Variabel-variabel tersebut merupakan varaiabel luar/ ekstrane yang sulit diperhitungkan., sulit dikendalikan, sehingga disinilah muncul adanya kesesatan konstan.
Dengan adanya kesesatan itu, berakibat setelah data akhir eksperimen diperoleh dan dianalisis terjadi tidak adanya perbedaan antara hasil belajar matematika bagi siswa kelompok eksperimen yang diberi perlakuan metode A (pemecahan soal) dengan kelompok kontrol yang menggunakan metode B (pemahaman konsep). Padahal secara teori jelas bahwa metode pemecahan soal lebih baik dibandingkan dengan metode pemahaman konsep. Hal ini terjadi karena banyaknya variabel luar/ ekstraneyang muncul pada suatu kelompok tertentu pada saat waktu pelaksanaan eksperimen. Jadi hasil belajar pada siswa kelopok kontrol telah dicemar oleh variabel ekstrane yang peneliti tidak mampu memperhitungkannya. Padahal kalau eksperimen berjalan dengan mulus tanpa banyak dipengaruhi variabel yang menyesatkan, besar kemungkinan metode yang dicobakan pada kelompok eksperimen akan mampu memberikan hasil belajar yang lebih baik. Guru perlu mempersiapkan secara maksimal berbagai komponen yang berkaitan dengan metode yang akan dieksperimenkan pada bidang materi pelajaran tertentu, baik yang berkaitan dengan metode pembelajaran yang akan diperlakukan, materi pelajaran, guru pelaksana tindakan, siswa yang dikenai tindakan, kondisi/ situasi kelas, lingkungan belajar, maupun komponen lain yang mungkin dapat mempengaruhi hasil eksperimen. Selama proses kegiatan eksperimen berlangsung, peneliti perlu memperhatikan adanya variabel lain yang dimungkinkan akan dapat mengganggu. Hal ini dilakukan untuk mengantisipasi munculnya variabel luar yang dapat menyesatkan hasil eksperimen.
2.    Kesesatan tidak konstan (kesesatan kompensatoris)
Kesesatan tidak konstan adalah kesesatan yang terjadi pada satu atau beberapa kelompok dalam suatu eksperimen, tetapi tidak terjadi pada satu kelompok lain. Kesesatan pada jenis ini ada kemungkinan untuk dapat diperhatikan atau dikendalikan pada waktu mempersiapkan eksperime, atau menentukan pola eksperimen. Kesesatan tipe ini dapat dibedakan ke dalam tiga jenis, yaitu:
a.    Kesesatan tipe S (Subyek)
Ciri khusus dari kesesatan adalah adanya fluktuasi subyek sampling pada suatu penugasan subjek ke dalam kelompok eksperimen dan kelompok pembanding/ kontrol pada suatu eksperimen. Kejadian ini kemungkinan muncul karena dalam salah satu atau kedua kelompok itu terhimpun beberapa orang dalam segi perimbangan menguntungkan salah satu dari kelompok. Misalnya, dalam suatu eksperimen yang ingin diketahui pengaruh metode terhadap hasil belajar matematika pada suatu kelas di sekolah dasar, mungkin sekali secara kebetulan pada kelas pembanding terhimpun siswa yang memiliki IQ yang lebih tinggi dan rajin belajar. Setelah proses eksperimen berakhir, diadakan tes kepada kedua kelompok secara bersamaan. Setelah diadakan analisis statistik dengan menggunakan uji coba diperoleh kesimpulan bahwa tidak ada perbedaan pengaruh antara metode A dan metode B terhadap hasil belajar matematika pada siswa kelas tertentu pada SD tersebut. Hal ini dapat disebabkan hasil belajar dari kedua kelompok eksperimen (kontrol dan eksperimen) bukan disebabkan oleh pengaruh metode, tetapi karena adanya perbedaan subyek (S) yang ditugasi pada kedua kelompokj tersebut. Maka dalam pelaksanaan eksperimen, distribusi subyek yang akan ditugasi pada kelompok-kelompok eksperimen harus diseimbangkan, hal ini agar mendapatkan perhatian bagi para peneliti eksperimen pembelajaran.

b.    Kesesatan tipe G (Group)
Pada suatu eksperimen dapat terjadi adanya variabel-variabel luar yang mempengaruhi satu atau beberapa kelompok siswa dalam suatu kegiatan eksperimen, tetapi tidak menyangkut seluruh kelompok yang digunakan. Dalam suatu eksperimen bidang pembelajaran seorang guru yang ditugasi untuk mengajar dengan metode CTL (eksperimen) sedemikian baiknya sehingga memberikan pengaruh yang sangat sistematis terhadap prestasi belajar siswa, dan sebaliknya di kelas lain, diajar oleh guru yang kurang mempunyai motivasi mengajar, kurang mengusai bahan ajar, dan bahkan kurang disiplin. Demikian pula dalam suatu kelompok eksperimen terdapat siswa yang nakal, dan sering mengganggu temannya waktu pelajaran sedang berlangsun, akan mempengaruhi hasil eksperimen pada kelas tersebut. Kalau hal ini terjadi maka kesesatan tipe G telah mempengaruhi eksperimen, dan hasil eksperimen tersebut akan tercemari.
c.    Kesesatan tipe R (Replikasi)
Ada pola eksperimen yang dilakukan terhadap beberapa eksperimen yang dilakukan secara serentak dengan menggunakan sampel dari bermacam-macam sub-populasi. Pada eksperimen tersebut disebut replikasi. Berdasarkan pada istilah inilah kesesatan tipe R ini muncul. Pada eksperimen-eksperimen yang menggunakan metode mengajar yang dilakukan beberapa kali umumnya dikerjakan oleh seorang guru. Akan tetapi, guru lain juga dapat mereplika (mengulangi dalam keadaan yang sama) setelah memahami apa yang dilakukan oleh guru sebelumnya. Kesesatan tipe R ini terjadi bilamana variabel luar memberikan pengaruh secara sistematis terhadap satu replikasi, tetapi tidak memberikan pengaruh pada replikasi yang lain. Metode mengajar yang pernah diberikan sebelumnya mungkin memberikan landasan yang sangat menguntungkan bagi metode yang sedang dicobakan, dan tidak demikian halnya yang ada pada kondisi sebaliknya. Metode yang akan dicobakan ternyata sudah biasa diberikan, sehingga siswa pada sekolah itu akan mendapatkan prestasi belajar yang lebih baik daripada sekiranya mereka diajarkan dengan metode lain. Kalau eksperimen ini dilaksanakan pada suatu sekolah, maka perbedaan pengaruh variabel yang diobservasi dapat dianggap bebas dari kesesatan R itu. Akan tetapi kalau ditinjau dari segi banyaknya replikasi pada suatu eksperimen yang diadakan di beberapa sekolah, mungkin terjadi kesesatan tipe ini dan berpengaruh terhadap rerata dari variabel yang dieksperimenkan. [20]
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
PTK eksperimen adalah sebuah studi yang objektif, sistematis, dan terkontrol untuk memprediksi atau mengontrol fenomena yang digunakan dalam penelitian pembelajaran pada latar kelas (PTK). Menurut (Ary, 1985) penelitian eksperimen pada umumnya mempunyai tiga karakteristik penting, yaitu : Variable bebas yang dimanipulasi, variable lain yang mungkin berpengaruh dikontrol agar tetap konstan dan efek atau pengaruh manipulasi variable bebas dan variable terikat diamati secara langsung oleh peneliti
Proses dalam PTK eksperimen yaitu: Melakukan kajian secara induktif yang berkaitan erat dengan permasalahan yang hendak dipecahkan, Mengidentifikasi permasalahan, Melakukan studi literature dari beberapa sumber yang relevan, memformulasikan hipotesis penelitian, menentukan definisi operasional dan variable, Membuat rencana penelitian, Melakukan eksperimen, Mengumpulkan data kasar dari proses eksperimen, Mengorganisasi dan mendeskripsikan data sesuai dengan variable yang telah ditentukan, Melakukan analisis data dengan teknik statistika yang relevan dan Membuat laporan penelitian eksperimen.
Tujuan dari PTK Eksperimen yaitu: Memperoleh informasi baru, Menerangkan dan memprediksi suatu ubahan/ variabel, Meneliti pengaruh dari suatu perlakuan tertentu terhadap gejala suatu kelompok tertentu dibanding dengan kelompok lain yang menggunakan kelompok lain yang menggunakan perlakuan yang berbeda. Adapun Manfaatnya yaitu Menguji hipotesis dengan melakukan kontrol terhadap kondisi penelitian, Mengembangkan teori, kemudian melakukan pengujian di kelas, Memperbaiki teori-teori serta temuan-temuan penelitian, Meneliti melalui jalan pintas dan Memudahkan replikasi karena kondisi yang dipelajari benar-benar spesifik. Rancangan PTK eksperimen terdiri dari: Rancangan Pra-Eksperimental, Rancangan Eksperimen Murni dan Rancangan Eksperimen Kuasi/Semu (Quasi—Experimental Design). Faktor yang perlu dikontrol yaitu Latar belakang kebudayaan, Dasar matematika, Ruangan Kelas, Waktu belajar, Cara Mengajar, Guru/ Pengajar dan Lain-lain. Kesesatan dalam PTK eksperimen yaitu Kesesatan konstan dan Kesesatan tidak konstan (kesesatan kompensatoris)
DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsini. 2006. Prosedur Penelitian suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : Rineka Cipta.
Sukardi. 2008. Metodologi Penelitian Pendidikan kompetensi dan Praktiknya. Jakarta : Bumi Aksara.
Wardhani, Igak dan Kuswaya Wihardit. 2010. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta : Universitas Terbuka.
http//www.ardhana 12.wordpress.com
http://sekolah.8k.com/rich_text_4.html


[1] Wardhani, Igak dan Kuswaya Wihardit. 2010. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta : Universitas Terbuka. Hal 1.5
[2] Arikunto, Suharsini. 2006. Prosedur Penelitian suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : Rineka Cipta. Hal 89
[3] Sukardi. 2008. Metodologi Penelitian Pendidikan kompetensi dan Praktiknya. Jakarta : Bumi Aksara. Hal. 3
[4] Arikunto, Suharsini. 2006. Prosedur Penelitian suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : Rineka Cipta. Hal. 91
[5] Wardhani, Igak dan Kuswaya Wihardit. 2010. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta : Universitas Terbuka. Hal 1.4
[6]  Arikunto, Suharsini. 2006. Prosedur Penelitian suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : Rineka Cipta. Hal. 92
[7] http//www.ardhana 12.wordpress.com
[8] Sukardi. 2008. Metodologi Penelitian Pendidikan kompetensi dan Praktiknya. Jakarta : Bumi Aksara. Hal. 16
[9] Arikunto, Suharsini. 2006. Prosedur Penelitian suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : Rineka Cipta. Hal. 89, 95, 97
[10] Sukardi. 2008. Metodologi Penelitian Pendidikan kompetensi dan Praktiknya. Jakarta : Bumi Aksara. Hal. 180
[11] Sukardi. 2008. Metodologi Penelitian Pendidikan kompetensi dan Praktiknya. Jakarta : Bumi Aksara. Hal. 178
[12] Ibid. hal 182
[13] Ibid. hal 183
[14] http://blog.unnes.ac.id/faza/2011/05/30/penelitian-eksperimen/
[15] http://lubisgrafura.wordpress.com/2009/01/20/penelitian-eksperimen-sebuah-studi/
[16] http://massofa.wordpress.com/2008/01/25/metode-penelitian-komunikasi-bag-2/
[17] http://ardhana12.wordpress.com/2008/02/08/penelitian-eksperimen-satu-metode-dalam-ptk/
[18] http://ardhana12.wordpress.com/2008/02/08/penelitian-eksperimen-satu-metode-dalam-ptk/
[19] http://sekolah.8k.com/rich_text_4.html
[20] http://sekolah.8k.com/rich_text_4.html